Rabu, 05 Oktober 2011

LAPORAN Praktikum

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar belakang
           Produksi udang dunia dalam beberapa tahun terakhir ini telah menunjukan laju pertumbuhan yang sangat fantastik. Selain peningkatan volume produksi,industri udang dunia juga diwarnai oleh pergeseran sistem produksi dari usaha penangkapan ke usaha budidaya khususnya di tambak. Di samping itu, spesies udang windu ke arah udang putih khususnya udang vaname. Peningkatan psoduksi udang vaname ini begitu pesatnya,sehingga suplai di pasar dunia menjadi sangat meningkat.           China,Vietnam,Thailand,dan Indonesia merupakan prosuden utama udang vaname di Asia.
           PT Biru Laut Khatulistiwa merupakan salah satu perusahaan milik swasta yang bergerak di bidang perikanan khususnya dalam hal penyediaan benih udang.                                                                                                            Untuk dapat menghasilkan benih udang yang memiliki kualitas yang baik maka              PT Biru Laut Khatulistiwa terus berupaya untuk melakukan perbaikan baik yang bersifat teknis maupun non-teknis untuk menghasilkan benih udang yang berkualitas baik kuantitas yang sesuai. Salah satu kunci keberhasilan dalam usaha pembenihan udang vaname di PT Biru Laut Khatulistiwa terletak pada bagian Central Nauplii Producsion Deparment  (CNPD) dan hatchery yaitu bagian yang memproduksi nauplii dan merawat nauplii hingga menjadi benur. PT Biru Laut Khatulistiwa memiliki dua Central Nauplii Production Deparment dan 12 Hatchery.
           Untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan di lapangan maka perlu dilakukan Praktek Kerja Lapangan. Kegiatan ini merupankan penerapan dari teori-teori yang telah di dapat dalam pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu diharapkan dengan dilaksanakannya kegiatan ini akan terbentuk calon tenaga kerja professional sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

                                                                                                                                                  
1.2  Tujuan
    Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan pembenihan di PT Biru Laut Khatulistiwa adalah :
Ø  Sebagai salah satu pembelajaran di dunia kerja agar kita bisa tau bagai mana cara bekerja di dunia industri.
Ø  Meninjau secara langsung unit pembenihan udang vaname di PT Biru Laut Khatulistiwa ,Merak Belantung,Kalianda,Lampung beserta kegiatan yang dilakukan khususnya dalam pembenihan.
Ø  Meningkatkan penegtahuan, keterampilan dan penalaran dalam berbagai aspek bioteknik usaha pembenihan udang.
Ø  Berinteraksi langsung dengan sistem kerja PT.Biru Laut Khatulistiwa, Lampung
Ø  Melatih kemampuan mengidentifikasi masalah yang timbul pada pembenihan udang dan mecoba memecahkan permasalahan yang ada.
Ø  Mengetahui teknik pengelolaan pembenihan udang vaneme.

1.3  Deskripsi Lokasi
 PT Biru Laut Khatulistiwa adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang udang. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1990 di Desa Merak Belantung, Kalianda, Lampung Selatan dan posisinya dekat dengan pantai. Perusahaan ini memiliki beberapa devisi produksi berupa 12 bangunan Hatchery, dan dua Central Nauplii Production Department dan Lab Mond yang terdiri dari Research & Development dengan delapan petak tambak plastik sebagai media pembesaran.Water Management Department, Massal Algae Culture Production Department, Biofeed, Technology & Development,  serta bagian lainnya yang saling menunjang.

1.4  Waktu dan Tempat Pelaksanaan
           Kegiatan Praktek Kerja Lapangan SMKN 36 JAKARTA jurusan Agribisnis Perikanan ini dimulai dari tanggal 5 Januari sampai dengan tanggal 3 Maret 2011.Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini, bertempat di dua Department yaitu Central Nauplii Production Depatment I dan Hatchery PT Biru Luat Khatulistiwa. 

                                                                                                                   
BAB II
PRODUKSI NAUPLII
2.1 Alat dan Bahan
           Alat-alat yang digunakan  dalam Central Nauplii Production Department antara lain termometer, DO meter, timbangan manual, timbangan digital, stereofoam berbagai ukuran, batu es, ban bekas, kantong plastik packing, papan untuk penerimaan es, tabung oksigen, selang oksigen, karet packing, sepatu boot, seragam kerja, gunting ablasi, pipa aklimatisasi, selang aklimatisasi, bak, aklimatisasi 500 liter, gelas mineral bekas, ember 10 liter dan 20 liter, orchid net, kran aerasi, glass beeker 2 liter, selang siphon spiral, selang siphon benang, seser induk mesh 20, seser pakan mesh 20, kran penutup paralon, paralon berbagai ukuran, selang aerasi, timah pemberat batu aerasi, batu aerasi, pengaduk manual dan otomatis, gayung, kantong plastik packing, screen, blower, sapu, scouring pad, saringan outlet holding tank mesh 150, seser nauplii mesh 150, lampu bohlam 5 watt, lampu neon 40 watt, lampu toki 300 watt, bak beton ukuran 24 m3, bak beton ukuran 32 m3, deeping tank 300 L, holding tank 500 L dan hatching tank 2000 L.
           Bahan yang dipakai dalam Centarl Nauplii Production Department untuk menghasilkan naupli antara lain EDTA, pakan cumi, pakan cacing laut putih dan merah hidup, kaporit, air laut, air tawar, iodine, cloramin-T, formalin, PK (kalium permanganat), oksigen murni dan deterjen.
2.2 Pemeliharaan Induk
           Induk udang yang digunakan dalam Central Nauplii Production Department adalah induk udang putih yang diimpor baik dari Hawaii dan Florida.Adapun klasifikasi udang putih menurut Perez dan Kensley (1977) dalam Mudjiman (1992) ssebagai berikut.
Kingdom                    : Animalia
Subkingdom              : Metazoa
Subfilum                    : Crustacea
Kelas                           : Malacostraca
Subkelas                     : Eumalacostraca
Superordo                  : Eucarida
Ordo                           : Decapoda
Subordo                     : Dendrobrachiata
Famili                         : Panaeidae
Genus                         : Littopenaeus
Spesies                        : Littopenaeus vannamei
Commun Name         : Udang putih, Pasific White Shrimp
            Beberapa negara sudah mulai membudidayakan udang dari jenis vaname dan banyak negara tertarik dengan spesies ini yang memiliki kualitas hampir sama dengan udang windu. Diharapkan di masa yang akan datang udang putih ini menjadi idola bagi pangsa pasar di dunia budidaya udang (Birulaut Khatulistiwa).
2.2.1 Seleksi Induk
Dalam menentukan induk udang yang baik dalam usaha pembenihan udang diperlukan kriteria tertentu karena merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dan keberlanjutan usaha pembenihan udang di masa datang. Bila induk udang yang dipilih merupakan induk udang yang berkualitas tiinggi maka naupli dan benur yang dihasilkan juga memiliki kualitas yang tinggi dan dapat bermamfaat dan menguntungkan.                                                                                                                     Adapun kriteria induk yang dipilih sebagai berikut :
ü  Berat induk jantan 35 – 40 gram dengan panjang 17 – 21 cm ;
ü  Berat induk betina 40 – 45 gram dengan panjang sekitar 18 – 22 cm ;
ü  Sehat ;
ü  Tidak terkena nekrosis berat
ü  Spesific Pathogen Free dan Specifik Pathogen Resistant
ü  Warna tubuh cerah dan tidak kusam                                                                         
ü  Alat kelamin sempurna dan tidak cacat
ü  Aktif, tidak stress dan tidak sedang moulting
ü  Kondisi alat reproduksi normal dan tidak rusak, thelicum terlihat bersih dan tidak cacat, induk jantan memiliki spermatophore yang penuh berisi sperma, yang ditandai denggan warna putih susu pekat pada sisi kanan dan kiri tubuh di dekat kaki jalan terakhir.


2.2.2 Proses Aklimatisasi
            Aklimatisasi adalah proses adaptasi atau menyesuaikan dari suatu organisme terhadap beberapa parameter lingkungan, dalam kasus ni seperti suhu, pH, DO, dan salinitas. Parameter – parameter tersebut sangat berpengaruh terhadap fungsi fisiologis udang sehingga harus dapaat disesuaikan dengan kondisi linkungan awal induk udang agar tidak menyebabkan  stress bahkan kematian di waktu kemudian. Tujuan dari proses aklimatisasi ini adalah untuk menekan timbulnya stress berat akibat perjalanan dan perbedaan kualitas air antara bak penerimaan dengan kantong pengangkut induk udang serta mengembalikan kondisi induk udang ke kondisi semula sesuai dengan habitat awalnya.

2.3 Pematangan gonad
              Dalam proses pematangan gonad induk udang dapat dilakukan beberapa cara  seperti ablasi tangkai mata induk betina, pengaturan fotoperiod, dan pemberian pakan bernutrisi tinggi yang dapat memacu pematangan gonad. Kematangan sperma induk udang jantan dapat dilihat pada bagian samping pada kaki jalan pertama, terhadap bagian berwarna putih susu. Sedangkan kematangan pada induk udang betina dapat dilihat dari perkembanan ovarinya, yang terletak pada bagian dorsal dari tubuh udang mulai dari karapas sampai ke pangkal ekor. Ovari tersebut berwarna hijau muda sampai hijau tua kecokelatan. Semakin matang ovarinya maka semakin gelap warnanya dan tampak melebar serta berkembang ke arah kepada.    

                                                                                                                                                  
2.4 Proses Pemijahan Induk
   Dengan sistem reproduksi yang dimiliki oleh udang vanname baik jantan maupun betina, maka perkawinan udang vanname dilakukan di luar tubuh. Perkawinan/mating pada udang vaname biasanya terjadi sebelum dan sesudah matahari terbenam, dan terjadi antara 3 – 16 detik, dapat dirinci dalam 4 fase yaitu :
1.      Pendekatan : biasanya udang jantan secara cepat mendekati udang betina dari samping dengan berjalan di dasar.
2.      Perangkakan: Setelah mendekati betina dari samping, udang jantan merangkak dengan kepala dibawah ekor udang betina. Dengan pendekatan tersebut, akibatnya udang betina bergerak.
3.      Pengejaran: Setelah udang jantan merangkak dibawah ekor udang betina, udang betina mulai berenang cepat. Udang betina berenang sepanjang dinding bak atau melintasi tengah bak. Udang jantan kemudian mengejar udang betina dan berenang dengan posisi paralel. Seekor udang betina bisa dikejar/diburu oleh dua sampai tiga udang jantan sekaligus. Udang betina yang telah matang telur akan diburu lebih sering dari pada yang tidak matang telur. Jika udang betina terpisah dari udang jantan, maka udang betina matang telur akan diseleksi untuk dimasukkan pada bak yang berisi udang jantan. Udang betina matang telur tersebut akan mengeluarkan pheromone pertama yaitu chase-stimulating pheromone yang disalurkan lewat air dan merangsang udang jantan untuk memburunya. Pheromone kedua adalah mating-stimulating pheromone, yang dikeluarkan oleh induk betina yang matang telur penuh dan hanya singkat serta terjadi karena kontak fisik.
4.      Perkawinan/mating : Setelah pengejaran, udang jantan membalikkan tubuh ke arah ventral udang betina dan mencengkeram betina dengan kaki jalan. Posisi ventral dengan ventral terjadi 1 sampai 2 detik, ketika udang jantan mengeluarkan spermatophore dari petasma. Spermatophore diletakkan pada telikum betina setelah mating sempurna. Proses pemijahan induk udang ini berlangsung dalam hitungan detik dengan rasio induk udang jantan dan betina 1 : 1.                                                                                      
   

Setelah terjadi mating, satu atau dua jam kemudian induk betina akan segera memijah/spawning. Proses spawning biasanya sekitar dua menit. Selama itu udang betina berenang perlahan pada kolom air dan menyemprotkan seluruh telur dari ovary. Selama telur disemprotkan, udang betina dengan cepat akan mencampur telur dan sperma yang melekat pada telikum dengan menggunakan kaki renang. Dengan demikian telur akan terbuahi.
2.5 Persiapan Spawning/Hatching dan Holding Tank
            Persiapan spawning tank sekaligus sebagai hatching tank dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 pagi. Hatching tank yang sudah selesai dipakai dibersihkan dengan menggosok – gosokan dinding dan dasar bak dengan menggunakan sapu atau scouring pad lau dibilas dengan air laut dan dibiarkan kering udara terkena panas ruangan akibat sinar matahari yang masuk ke dalam ruang hatching. Pembersihan ini bertujuan untuk membunuh bakteri, jamur, lumut, yang terdapat dalam bak dan sisa naupli yang tersisah atau yang tidak terambil saat  transfer ke houlding tank.  

                                                       
           
         Dalam persiapan Hatching tank menggunakan beberapa treatment obat – obatan  yang bertujuan untuk  mempertahankan kualitas air agar terbebas dari bahan beracun dan organism penganggu seperti jamur. Jenis obat yang diberikan adalah EDTA (Ethilene Diethyl Tetraacetic Acid) dengan dosis 15 ppm.
                                                                                                                                                   
2.6 Proses Spawning Induk Udang Betina
            Spawning merupakan proses pelepasan telur dari tubuh induk betina setelah dibuahi. Pada pukul 13.00 siang hari dilakukan persiapan Hatching tank. Pada pukul 19.00 sore hari dilakukan Sampling  induk udang betina matang gonad dan yang sudah memijah atau terdapat spermathopore di thelicum Saat sampling aerasi dalam bak di matikan agar dapat mempermudah dalam pengamatan dan penyeseran Induk udang betina yang sudah memijah terdapat sperma di dekat kakinya dan setelah itu angkat induk betina lalu pidahkan ke Hatching tank satu persatu.   
Setelah induk betina dimasukkan ke dalam Hatching tank, aerasi sekecil mungkin pada empat titik di sudut bak yang bertujuan untuk membuat kondisi yang tenang dalam Hatching tank sehingga induk udang betina dapat melepaskan telurnya. Untuk mencegah induk udang betina melompat dari Hatching tank dapat digunakan penutup orchid net di atas Hatching tank. Proses pelepasan telur ini terjadi pada malam hari antara pukul 22.00 sampai dengan pukul 03.00 dini hari. Setelah semua induk udang betina mengeluarkan telurnya, pada pukul 04.00 pagi hari induk udang betina dipindahkan kembali ke bak pemeliharaan. Setelah itu dilakukan penghecekan dan pengaturan aerasi dan memasang pengaduk otomatis.

            

                                                                                                                                       
2.7 Inkubasi dan Penetasan Telur
            Inkubasi telur dilakukan dalam Hatching tank dengan pengaturan aerasi yang bergelembung besar di dua titik tengah dan bergelembung halus di keempat titik sudut bak. Setelah semua induk udang betina ditranfer ke bak pemeliharaan pada pagi hari, lampu toki dinyalakan tepat di atas hatching tank. Proses inkubasi dilakukan sampai telur menetas. Hatching  tank ini telah diberi perlakuan EDTA 15 ppm, dan treflan 0,05 ppm. Pengaduk otomatis juga dipasang agar telur tidak mengendap didasar bak mempunyai peluang besar untuk menetas bagi telur yang fertil. Suhu inkubasi telur maksimal sekitar 320C. Pada pagi harinya dilakukan pembersihan feses udang, pengaturan aerasi, dan pengecekan pengaduk otomatis.Pembersihan feses dilakukan denghan penyeseran dengan seser  mesh 20 bertujuan untuk mengurangi dekomposisi feses menjadi amonia yang dapat bersifat toksik sehingga menghambat proses penetasan telur.
    
            Proses penetasan telur berlansung sejak pukul 04.00 pagi hingga pukul 15.00 sore hari. Saat transfer naupli ke holding tank, selang aerasi dan pengaduk otomatis diangkat lalu naupli dibiarkan mengumpul ke atas permukaan air sehingga lebih mudah dalam proses pengambilan naupli.
            Setelah sebagian naupli telah transfer, selang aerasi dimasukkan kembali dengan dua titik di tengah dan pengaduk otomatis dilepas. Suhu air hatching tank harus diperhatikan sehingga dipasang termometer didalamnya untuk mengetahui fluktuasi suhu dalam sehari.Pengecekan suhu dilakukan sebanyak empat kali dalam sehari yaitu pada pukul 07.00, 10,00, 14.00, 16.00. Kisaran suhu air yang optimal dalam proses penetasan telur sekitar 300 – 320C. Begitu juga dengan ruang hatching dan holding, pengecekan suhu dilakukan pada waktu yang sama.
                                                                                                                                                         
            Pada pagi hari sekitar pukul 06.00, pihak R&D melakukan pengecekkan dengan mengambil sempel telur dalam hatching tank untuk mengetahui jumlah kesseluruhan telur dan mengetahui jumlah telur yang dibuahi serta mengamati perkembangan telur. Jumlah telur didalam hatching tank dapat di ketahui dengan cara menghitung perbandingan antara volume air hatching tank dengan volume air sempel. Adapun rumus penghitungan jumlah telur sebagai berikut:
× 100 %
Sedangkan rumus yang digunakan dalam penhitungan fertillitas telur sebagai berikut.
× 100 %
2.8 Persiapan Deeping Tank
Deeping Tank berfungsi untuk membilas naupli baik pada sat proses pemanenan dan juga proses transfer naupli ke houlding tank. Deeping tank dibersihkan sebanyak dua kali dan pengisian air ke dalam deeping tank dengan volume maksimum yaitu 300 liter. Setelah kedua deeping tank terisi penuh, pada deeping tank pertama saluran air inlet dimatikan dan diberi aerasi lalu diberi trearment Cloramin-T dengan dosis 20 ppm. Treatment ini bertujuan untuk mencegah bakteri dan jamur  yang masih menempel pada naupli. Dan jangan pula lupa member iodine dengan dosis 25 ppm.
2.9 Pemanenan Naupli
            Sebelum dilakukan proses pemanenan, dilakukan penhitungan sampel naupli oleh pihak Research and Development. Adapun rumus perhitungan naupli sebagai berikut :
× ∑ Naupli Air Sampel



                                                                                                                      
Setelah selesai penhitungan nauplii maka dilakukan pemanenan nauplii  dari holding tank ke kantong plastic transparan yang telah diberi kode tujuan bak suatu hatchery. Nauplii yang dipanen biasanya sudah mencapai stadi N-5 atau N-6. Nauplii yang terdapat dalam holding tang diseser dengan seser naupli mesh 150 dan bekker glass berukuran satu liter  yang sebelumnya telah direndam dalam larutan formalin dengan dosisi 5 ppm. Pada malam hari saat sampling induk telah disiapkan bak dan plastik packing.                                              
2.10 Packing dan Transfortasi Naupli
           Jenis pengangkutan yang dilakukan oleh CNPD adalah pengangkutan tertutup dengan menggunakan kantong plastik noupli dengan ketebalan 0,02 – 0,05 mm. Setelah semua naupli dimaksukkan ke plastik, kantong packing dibawa ke ruang  packing untuk pengisian oksigen dengan perbandingan 2:1 hingga 3:1, lalu kantong ditutup dengan memutar bagian mulut plastik hingga kantong menegang dan diikat dengan karet gelang. Penambahan oksigen bertujuan untuk mempertahankan kelansungan hidup naupli selama pengangkutan. Selanjutnya disusun diatas mobil distribusi sesuai dengan alamat yang dituju.
          

           
           




                            


                                                                                                                                               
BAB III
HATCHERY (Pemeliharaan Naupli sampai menjadi Benur)
3.1 Persiapan Bak Pemeliharaan
            Agar kondisi larva dapat baik maka langkah pertama dilakukan adalah dengan pencucian bak pemeliharaan agar bahan – bahan organic  yg  dapat merugikan larva udang bisa hilang, karena bahan organik dalam proses penguraiannya menghasilkan gas ammonia ( NH3 ) yang bersifat racun. Walaupun kandungan ammonianya hanya 1,3 ppm dapat berbahaya pada larva udang.
            Untuk menghindari hal tersebut maka dilakukan prosedur sebagai berikut :
v  Pencucian bak & alat
v  Pemasangan alat aerasi
v  Pemasangan saringan sirkulasi
v  Uji aerasi.

3.1.1 Alat & bahan
Alat :                                                                           Bahan :
ü  Scouting pad,                                                             ~ Air tawar   
ü  Selang 1mchi                                                              ~ Detergen powder
ü  Ember                                                                        ~ Povidone
ü  Kawat saling / stainless                                             ~ Iodine 10 %
ü  Cukter                                                                        ~ Selang aerasi
ü  Pengikat selang                                                          ~ Batu aerasi & Timah
ü  Karet                                                                          ~ Oksigen (hasil blower)
ü  Pipa goyang ukuran 200 × 230 cm                          ~ Formalin 37 %
ü  Tambang dan mesin blower                                     ~ Air laut.
ü  Fishing line 2000

                

3.2 Stocking dan Aklimatisasi Naupli
            Proses persiapan media pemeliharaan sudah sesuai dengan standar selanjutnya proses stocking yaitu penerimaan naupli dan aklimatisasi stadia larva yang di transfer ke unit produksi adalah naupli 5 – 6 dengan tahapan pelaksanaan secara teknis dapat dilihat di intruksi kerja stocking dan aklimatisasi naupli.
3.3 Pemeliharaan Zoea
            Selama masa pemeliharaan larva udang mengalami stadia setelah naupli kemudian mengalami beberapa kali perubahan stadia yakni stadia zoea ( 3 – 5 hari ). Adapun proses pelaksanaan yang hatus diperhatikan pada masa stadia ini adalah sebagai berikut :
a)      Penambahan air
b)     Pengurangan air
c)      Pengukuran volume aerasi
d)     Pemberian pakan buatan
e)      Pemberian pakan alami / phytoplankton
f)       Pendugaan / estimasi populasi
g)      Pemeriksaan kondisi benur
h)     Aplikasi probiotik
3.3.1 Alat & Bahan
Alat :
ü  Rick filter bag
ü  Pompa air ( pompa centrifugal 10 HP )
ü  Saringan sirkulasi / pipa goyang monopin 25 / 120 T screen nylon ( mesh size 100 )
ü  Mesin blower ( root blower 10 HP 3 pH )
ü  Selang aerasi green marine Ø 1/4 ˝
ü  Batu aerasi
ü  Kran aerasi green marine
ü  Timbangan digital                                                                                                        
ü  Ketelitian 1 desimal
ü  Chothmesh size 250
ü  Ember
ü  Gayung hatchery
ü  Maat plastic 500 ml
ü  Alat penhitung  ( hand tally counter )
ü  Seser benur mesh size 100 nylon
ü  Refrakto meter
ü  Beaker  glass 500 atau 1000 ml
ü  Tissue dan seser benur mesh size 100 nylon.

Bahan :
ü  Air laut
ü  Air tawar
ü  Pakan powder / artifikal
ü  Stock molasses
ü  Probiotik
ü  Aquabides

3.3.2 Pakan alaminya / phytoplankton
Ø  Single cells ( chaetoceres, chyloteella, nannochloropsis, tretraselmis, thallasiosera.
Ø  Skeletonema sp.



                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              

3.3.3 Pendugaan / Estimasi populasi
a.      Siapakan alat pengukur 500 ml ( maat plastik )
b.      Tentukan empat titik pengambilan sampel secara acak
c.       Ambil sampel pada kedalaman 0,5 m dari permukaan air
d.      Hitung jumlah larvae pada setiap pengambilan dan konversial hasilkan dengan rumus, sebagai berikut :

× B
Ket : A = Rata – rata jumlah larvae dari sampel yang di ambil
          B = Volume air dalam pemeliharaan ( liter )



3.4 Pemeliharaan Mysis     
           Masa pemeliharaan ini setelah mengalami stadia zoea dan masuk stadia mysis     ( 3 – 5 hari ). Stadia zoea dan mysis masing – masing mengalami 3 sub stadia.         Sebelumm moulting dan masuk ke stadia post larva. Proses pelaksanaan yang harus diperhatikan pada masa stadia ini adalah sebagai berikut :
a)      Penambahan air
b)     Pengurangan air
c)      Pengukuran volume aerasi
d)     Pemberian pakan buatan
e)      Pemberian pakan alami / phytoplankton
f)       Pendugaan / estimasi populasi
g)      Pemeriksaan kondisi benur
h)     Aplikasi probiotik
                                                                                                                                                

3.4.1  Alat & Bahan
Alat :
ü  Rick filter bag
ü  Pompa air ( pompa centrifugal 10 HP )
ü  Saringan sirkulasi / pipa goyang monopin 25 / 120 T screen nylon ( mesh size 100 )
ü  Mesin blower ( root blower 10 HP 3 pH )
ü  Selang aerasi green marine Ø 1/4 ˝
ü  Batu aerasi
ü  Kran aerasi green marine
ü  Timbangan digital
ü  Ketelitian 1 desimal
ü  Chothmesh size 250
ü  Ember
ü  Gayung hatchery
ü  Maat plastic 500 ml
ü  Alat penhitung  ( hand tally counter )
ü  Seser benur mesh size 100 nylon
ü  Refrakto meter
ü  Beaker  glass 500 atau 1000 ml
ü  Tissue dan seser benur mesh size 100 nylon.
Bahan :
ü  Air laut
ü  Artifical feeds
ü  Stock molasses
ü  Probiotik
ü  Algae
3.4.2 Pakan alaminya / phytoplankton
Ø  Single cells ( chaetoceres, chyloteella, nannochloropsis, tretraselmis, thallasiosera.
Ø  Skeletonema sp.                                                                                                         
3.4.3 Pendugaan / Estimasi populasi
a.      Siapakan alat pengukur 500 ml ( maat plastik )
b.      Tentukan empat titik pengambilan sampel secara acak
c.       Ambil sampel pada kedalaman 0,5 m dari permukaan air
d.      Hitung jumlah larvae pada setiap pengambilan dan konversial hasilkan dengan rumus, sebagai berikut :

× B
Ket : A = Rata – rata jumlah larvae dari sampel yang di ambil
          B = Volume air dalam pemeliharaan ( liter )
            Pengambilan sampel padabenur dilakukan setiap hari walaupun stadianya sudah berubah cara pengambilan sampel benur tetap sama.

3.5 Pemeliharaan Post Larva
              Stadia berikutnya adalah post larva ( PL ). Identifikasi sub stadia pada stadia larva didasarkan atas karakteristik perubahan morfologi, sedangkan pada stadia post larva berdasarkan atas umur hari yang dihitung sejak sub stadia post larva – 1             ( PL - 1) proses pelaksanaan yang harus diperhatikan pada masa stadia ini adalah sebagai berikut :
a)       Penambahan air
b)     Pengurangan air
c)      Pengukuran volume aerasi
d)     Pemberian pakan buatan
e)      Pemberian pakan artemia
f)       Pendugaan / estimasi populasi
g)      Pemeriksaan kondisi benur
h)     Aplikasi probiotik

  
3.5.1 Alat & Bahan
Alat :
ü  Rick filter bag
ü  Pompa air ( pompa centrifugal 10 HP )
ü  Saringan sirkulasi / pipa goyang monopin 25 / 120 T screen nylon ( mesh size 100 )
ü  Mesin blower ( root blower 10 HP 3 pH )
ü  Selang aerasi green marine Ø 1/4 ˝
ü  Batu aerasi
ü  Kran aerasi green marine
ü  Timbangan digital
ü  Ketelitian 1 desimal
ü  Chothmesh size 250
ü  Ember
ü  Gayung hatchery
ü  Maat plastic 500 ml
ü  Alat penhitung  ( hand tally counter )
ü  Seser benur mesh size 100 nylon
ü  Refrakto meter
ü  Beaker  glass 500 atau 1000 ml
ü  Tissue dan seser benur mesh size 100 nylon.
Bahan :
ü  Air laut
ü Air tawar
ü Artifical feeds
ü Algae
ü Artemia
ü Formalin
ü Stock molasses
ü Probiotik
                                                                                                                                     
           Pada masa post larva benur sudah tidak dibeikan pakan alami karena sudah diberi artemia yang dapat memicu pertumbuhan benur hingga menghasilkan kualitas yang baik, serta menguntungkan perusahaan.
3.5.3 Pendugaan / Estimasi populasi
a.      Siapakan alat pengukur 500 ml ( maat plastik )
b.      Tentukan empat titik pengambilan sampel secara acak
c.       Ambil sampel pada kedalaman 0,5 m dari permukaan air
d.      Hitung jumlah larvae pada setiap pengambilan dan konversial hasilkan dengan rumus, sebagai berikut :
× B
Ket : A = Rata – rata jumlah larvae dari sampel yang di ambil
          B = Volume air dalam pemeliharaan ( liter )
            Pengambilan sampel padabenur dilakukan setiap hari walaupun stadianya sudah berubah cara pengambilan sampel benur tetap sama.
3.6 Sterilisasi dan Sanitasi
            Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya penularan dan terjangkitnya suatu penyakit dari unit kerja satu dengan unit kerja yang lain atau dari bak yang satu dengan bak yang lain. Sanitasi  dapat dilakukan terhadap ruangan atau peralatan bahkan terhadap bak-bak yang bermasalah ( harus dibuang karena terjangkitsuatu penyakit / virus ). Adapun kegiatan ini meliputi :
a.      Peralatan
b.      Ruangan kerja
      Untuk mengurangi resiko timbulnya wadah penyakit, maka usaha sterilisasi dan sanitasi perlu dilakukan dengan maksud untuk mengembalikan kondisi bak seperti semula ( bersih, steril / bebas penyakit ) sebelum siap dipergunakan kembali.

                                                                                                                                                                                                                                                                                           
 3.7 Panen Benur udang
           Pemanenan benur dilakukan pada stadia post larva 9 / 10, tetapi ini belum tentu karena proses pemanenan dilakukan sesuai keinginan pembeli jika pembeli ingin PL kecil seperti PL 4, PL 5, PL 6, dll. Proses panen benur ini dilakukan oleh tim panen yang sudah ada khusus untuk panen dan packing benur.

3.7.1 Alat & Bahan
Alat :                                                                         Bahan :
ü Seser benur mesh 150                                               ~ Air laut
ü Deeping tank                                                             ~ Air tawar
ü Selang aerasi                                                              ~ Benur yang dipanen
ü Mesin blower                                                             ~ Es batu
ü Baskom
ü Jaring panen


3.7.2 Cara kerja :
v  Pertama-tama kita pasang jaring panen di outlet pada bak penen,
v  Kemudian kita buka saringan outlet dalam bak pemeliharaan
v  Lalu kita buka outlet untuk mengeluarkan benur dalam bak
v  Lalu saring benur yang ada didalam jaring penen dengan mengunakan seser benur,
v   Dan terakhir benur kita berikan ke tim panen dan packing.


                                                                                                                               
3.8 Pengeringan
           Proses pengeringan dimulai setelah panen dilakukan dengan maksud untuk mengebalikan kondisi bak seperti semula 9 bersih, steril, bebas penyakit ) sebelum siap dipergunakan kembali. Umumnya masa pengeringan dilakukan 5-10 hari. Adapun tahapannya adaag sebagai berikut :
a.   Pengeringan alat kerja
b.   Penngeringan bak
c.    Sanitasi linkungan
3.8.1 Alat & Bahan
Alat :                                                             Bahan :
ü Ember                                                                        ~ Peralatan & perlengkapan kerja
ü Scouting pad                                                  ~ Bak pemeliharaan
ü Alat pel                                                           ~ Detergen
ü Selang                                                             ~ Air laut & air tawar
ü Pompa                                                            ~ KMNO4
ü Mesin blower                                                 ~ Formalin
3.8.2 Cara kerja :
v  Pertama kuras terlebih dahulu bak yang sudah panen,
v  Semprotkan air laut ke dalam bak
v  Lalu semprot pingiran dinding bak hingga rata
v  Kemudian sikat pinggiran dinding bak dengan mmenggunakan scouting pad dan detergen agar jamurnya hilang
v  Setelah menyikat pinggiran dinding bak maka kita bersihkan selang aerasinya hingga bersih
v  Kemudian setelah  semua sudah di sikat dan di bersihkan lalu siram bak dengan air tawar kemudian sirang kembali dengan air laut
                                                  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar