Jumat, 07 Oktober 2011

Ikan Patin ( Pangasius Sp )

Ikan patin atau dalam bahasa latinnya disebut pangasius hipothalmus merupakan ikan konsumsi budi daya ikan air tawar unggulan. Keunggulan ikan patin, dagingnya gurih, mengandung banyak lemak, dan tidak banyak duri. Harganya yang stabil dan cukup tinggi membuat usaha budidaya ikan patin ini menjanjikan keuntungan.
Salah seorang yang menggeluti usaha budidaya ikan patin adalah Yayan Suryana, di kolam ikannya dikawasan Lembur Situ, Sukabumi, Jawa Barat. Perjalanan menuju lokasi budidaya ikan patin di Lembur Situ, dapat ditempuh dengan mobil selama setengah jam dari kota Sukabumi. Mengambil arah ke selatan, tepatnya berada dikawasan Jalan Pelabuhan. Dilahan seluas satu hektar inilah Yayan Suryana membudidayakan ikan patin. Budidaya dilakukan di kolam air deras, berukuran tiga kali tiga meter persegi. Sumber airnya dari sungai yang dialirkan ke setiap kolam. Air dari kolam kemudian dialirkan kembali ke sungai. Budidaya ikan patin tergolong sulit. Proses pembenihannya memerlukan pengetahuan tersendiri. Sehingga tidak semua petani ikan air tawar dapat mengawinkan induk ikan patin jantan dan betina sehingga menghasilkan anakan yang berkualitas baik. Untuk menghasilkan anakan ikan patin dilakukan proses pembenihan di kolam yang disebut bak hatchery. Dibak ini dipasang aerator sehingga pasokan oksigen terjaga. Proses pembenihan dilakukan dengan menginduksi induk jantan dan betina dengan horman perangsang pembuahan. Telur yang dihasilkan indukan betina dicampur dengan benih dari indukan jantan di bak penampungan selama 18 hingga 20 jam. Telur akan menetas dan berubah menjadi larva. saat masih anakan, diberi makanan cacing sutra dan artemia. Setiap bulannya, dari tempat ini dapat dihasilkan anakan ikan patin berukuran satu hingga tiga inchi sebanyak dua ratus ribu ekor.Anakan ikan patin umumnya telah dipesan pembeli sebelum proses pemijahan. Untuk anakan berukuran satu inchi, dihargai antara delapan puluh hingga seratus rupiah per ekor. Setelah berusia satu hingga tiga minggu, anak ikan patin dipindahkan ke kolam pembesaran. Yang perlu diperhatikan dalam memelihara ikan patin adalah menjaga kualitas air kolam. Selain itu, memberikan pakan dua kali sehari, pada pagi dan sore hari. Takaran makanan yang diberikan, seperlima berat badan ikan. Ikan patin yang dibesarkan dikolam dipanen setelah berusia tiga hingga empat bulan. Permintaan paling banyak untuk ikan patin yang memiliki berat antara setengah kilogram hingga satu kilogram. Harganya berkisar antara sepuluh ribu hingga lima belas ribu rupiah per kilogram. (Helmi Azahari/Dv/Sup) indosiar

Ikan Nila Nirwana

indosiar.com, Ini adalah ikan nila nirwana. Ikan nila unggulan yang merupakan hasil persilangan antara ikan nila gift dan ikan nila get dari Filipina. Keunggulan ikan nila nirwana ini, lebih cepat besar, sehingga sangat cocok untuk budidaya. Hanya dalam waktu 6 bulan, beratnya bisa mencapai 1 kilogram. Sehingga ikan ini memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi, ketimbang ikan air tawar lainnya, seperti ikan mujair dan ikan mas. Harga per kilogramnya sekitar 10 ribu rupiah.

Ikan nila memiliki keunggulan dibandingkan ikan mujair dan ikan mas. Dagingnya putih, tebal, padat dan tidak berduri. Karena itu ikan ini banyak digemari di luar negeri.
Pengembangbiakan ikan nila nirwana ini dilakukan di Kecamatan Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat. Dengan ketinggian sekitar 700 meter, di atas permukaan laut dan suhu udara antara 18 sampai  25 derajat celsius, tempat ini memang sangat cocok untuk pengembangbiakan  ikan  air tawar.

Karena itu, di tempat ini banyak terdapat kolam-kolam pengembang biakan ikan air tawar. Seperti ikan mas, ikan nilem, dan ikan gurame. Di kolam ini pula dikembangbiakan ikan nila nirwana.
Menurut Sri Judantari, Kepala BBI Wanayasa, proses pembudidayaan ikan nila nirwana tidak sulit. Induk ikan dikawinkan dalam kolam pemijahan sehinga menghasilkan benih ikan yang disebut larva.
Untuk menjaga agar terhindar dari penyakit, kolam harus selalu dibersihkan dari lumut.

Bibit ikan nila nirwana ini dijual per paket yang berisi 100 ekor ikan jantan dan 300 ekor ikan betina dengan harga 2,5 juta rupiah. Ikan ini tidak saja dipasarkan di dalam negeri, tetapi juga diekspor ke manca negara, diantaranya ke Belgia dan Saudi Arabia. Berbagai cara dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup petani ikan. Salah satu diantaranya dengan menghasilkan bibit unggulan, sehingga ikan yang dibudidayakan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Yang pada akhirnya akan meningkatkan penghasilan petani ikan.(bauzad hamzah)

Ikan Nila Merah


indosiar.com, Cibaraja - Ikan nila merah merupakan salah satu unggulan budidaya ikan air tawar. Pasarnya cukup menjanjikan, cepat besar dan perawatannya tidak rumit. Salah seorang petani tambak yang menekuni budidaya ikan nila merah adalah Baban Supandi, di Kampung Cimahi, Desa Cibaraja, Sukabumi, Jawa Barat. Dia telah menekuni usaha ini sejak sepuluh tahun lalu.



Untuk mencapai lokasinya dari kota Sukabumi dapat mengambil arah ke Kampung Cimahi, Cibaraja.
Di tempat ini, budidaya ikan nila merah dilakukan mulai dari pemijahan hingga pembesaran. Daur produksi ikan nila merah sejak pemijahan hingga siap jual memakan waktu sekitar enam bulan.
Sebelum dilakukan pemijahan terlebih dahulu dilakukan seleksi indukan, dengan cara memilih induk jantan dan betina yang telah siap dikawinkan. Indukan dipilih yang telah memiliki bobot lebih dari setengan kilogram. Indukan jantan memiliki banyak sperma, sementara indukan betina perutnya buncit bulat dan telah matang gonad.

Prosesnya perkawinan dilakukan secara mono kultur di kolam. Perbandingannya satu indukan jantan membuahi tiga indukan betina. Setelah dilakukan proses pemijahan akan diperoleh bibit ikan yang ditempatkan di kolam penampungan. Anakan ikan yang dijadikan bibit yang telah berumur dua hingga tiga bulan, dengan panjang antara dua hinga lima inchi.
Selain dibesarkan sendiri, bibit ikan ini juga dijual ke petani tambak di sekitar wilayah Sukabumi dan juga ke petani keramba terapung di Waduk Cirata. Pembesaran ikan nila merah dilakukan di kolam permanent. Sebelum bibit ikan ditebar kolam terlebih dahulu diolah sehingga kaya unsur hara. Caranya, kolam ditaburi pupuk kandang dan pupuk buatan.

Agar ikan cepat besar pemberian pakan harus dilakukan seara rutin dua kali sehari, pagi dan sore hari. Pakannya berupa pelet dan dedak. Ikan nila merah hasil budidaya disini dipasarkan ke wilayah Sukabumi, Bogor hingga ke Jakarta. Harganya di pasaran cukup stabil sekitar 10 ribu rupiah per kilogram.

Budidaya Lobster Air Tawar



Santai saja, sebelum kita masuk kepada teknik budidaya lobster air tawar. Saya akan mengulas sedikit tentang Segmen Pembenihan dan pembesaran lobster air tawar. Pada prinsipnya pembenihan dan pembesaran adalah satu kesatuan yang dapat dibudidayakan karena tujuan akhir dari budidaya lobster air tawar adalah menciptakan lobster air tawar konsumsi. Karena lobster air tawar sangatlah mudah dan tidak harus memiliki keahlian khusus seperti budidaya udang lainnya atau ikan air tawar yang memiliki teknik sedemikian rumit dengan sistem kawin suntik dan pengawasan khusus, memang untuk lobster air tawar ini yang terpenting ada minat untuk mengerjakannnya saja dengan oksigen yang cukup didalam air dan pakan yang cukup tidak berlebihan maka lobster akan tumbuh sempurna dan bongsor. Tidak meyita waktu banyak apabila bapak mempunyai rutinitas aktifitas lain. Seperti bekerja, lobster air tawar dapat dikasih makan pada pagi dan sore hari untuk pembersihan kolam dan pensortiran paska panen dapat dilakukan pada waktu libur.

Apa yang dibutuhkan untuk segmen pembeihan dan pembesaran:

1. Pembenihan adalah menghasilkan bibit atau anakan lobster air tawar hingga ukuran 2 Inci. Yang diperlukan adalah Induk Berkualitas yang tidak mudah terserang penyakit dan bukan dari hasil perwakinan sedarah (inbreeding) pasalnya perkawainan sedarah akan menghasilkan lobster berkelamin ganda atau intersex. Karna ILC Farm sangat menjaga sekali mendapatkan indukan dengan melakukan selective breeding artinya kami melakukan selective sekali untuk pertumbuhan lobster yang pertumbuhannya paling cepat diantara yang lain dalam satu generasi, itu kami pisahkan antara kelamin jantan dan betina pada ukuran 2 inci agar pada saat menginjak dewasa lobter tersebut tidak kawin dalam usia dini. Apa yang dibutuhkan pada segmen pembenihan adalah induk lobter air tawar yang kami paket dalam ukuran SET. 1 set (5 betina+4jantan) dengan kepadatan tempat pembesaran 50cmX50cm dengan tinggi air mak 30 cm dengan atap tertutup atau bisa memberi atap sebuah paranet untuk tanaman angerek atau Terpal. Untuk kolam perkawainan diusahakan mak 1 set 1m2. karna nantinya kalau kapasitas sedikit sedangkan kolam terlalu besar itu akan mengurangi lobster memilih pasangannya. Karan frekwensi mereka jarang bertemu. Dan untuk medianya pembenihan tidak harus memiliki lahan yang terlalu luas perkawinan indukan cukup mengunakan aquarium atau kolam semen dan pembesaran akanan hingga ukuran 2 inci dapat dilakukan dikolam semen juga.

2. Pembesaran adalah menghasilkan lobter ukuran konsumsi, biasanya untuk lobster air tawar yang disajikan di restoran ukuran Per Kg isi 10-12 ekor. Apa yang dibutuhakan yaitu bibit lobster air tawar ukuran 2 inci untuk pembesaran. Dan ini harus memiliki lahan agak sedikit besar dan kami sarankan untuk pembesaran harus kolam tanah. Karena kolam tanah memiliki struktur tanah untuk lobster hidup seperti dihabitat aslinya, karana saya sudah meriset membandingkan pembesaran di aquarium, kolam semen, bak fiber, kolam terpal, kolam karper tetapi tetap kolam tanag menghasilkan pertumbuhan yang lebih cepat dari yang lainnya. maksimal 10 ekor per meter. Dan ini harus dipisahkan antara jenis kelamin betina dan jantan agar ketika pembesaran lobster tidak kawin. Dan diusahakan untuk kelamin jantan saja yang dibesarkan karena memang jantan lebih cepat pembesaran dibanding betina.

Pembenihan dan pembesaran pada dasarnya menjadi satu kesatuan . awalnya hanya induk lobster air tawar yang dikawinkan dalam kolam semen setelah 2 minggu kolam dikuras semua maka akan ada lobster yang sudah gending telur dipindahkan kedalam kolam atau aquarium untuk masa pengeraman 1 bulan setelah itu lobster dipindahkan ke kolam semen untuk penetasan anakan lobster setelah itu biarkan anakan lobster besar hingga ukuran 2 inci selama 2 bulan setelah itu lobster disortir antara kelamin jantan dan betina siap untuk dibesarkan didalam kolam pembesaran yaitu kolam tanah, dengan masa pembesaran 6 bulan lobster dapat dipanen hingga ukuran 10 -12 ekor per Kg. Cukup sederhana kan, untuk induk lobster ukuran 4 Inci dapat menghasilkan 200 ekor telur dengan tingkat kematian 15%. Semakin besar ukuran lobster dan semakin sering lobster dikawinkan maka lobster tersebut akan semakin banyak menghasilkan telur.

TEKNIK BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR PEMBENIHAN MAUPUN PEMBESARAN

Lobster air tawar biasanya hidup di danau, rawa atau sungai. Ar tawar, yang terletak di kawasan perairan papua nugini dan Australia. Umumnya tempat hidup (habitat) lobster air tawar memiliki ciri-ciri khusus, seperti sungai yang tepinya dangkal dan bagian dasarnya terdiri atas Lumpur, pasir dan bantuan.
Suhu untuk pertumbuhan lobster adalah 26 – 310 C. dengan kandungan oksigen terlalut (02) 3-5 ppm, dan PH 6 – 8,5. sebetulnya ini tidak berpengaruh terlalu besar harus mengikuti patokan diatas. Namun cara yang sangat sederhana misalkan untuk kolam yang akan diisi air hendaknya diendapkan terlebih dahulu selama 1 hari 1 malam dengan tambahan supplayan oksigen terlarut seperti pompa atau aerator gunannya agar ph air menjadi naik atau stabil dikisaran 7 dan oksigen terlalut akan naik sampai 4-5 ppm dan untuk suhu tidak terlalu sudah dengan iklim seperti di Indonesia ini.
Supplayan oksigen terlalut itu sangat sekali dibutuhkan untuk kelangsungan hidup lobster. Media persembunyian juga harus ada agar gunanya mengurangi tinggat bertemunya lobster dengan yang lain. Karna lobster memiliki sifat kanibalisme yang tinggi ini bisa kita hindari dengan memberi paduan tempat persembunyian yang banyak seperti batu bata roster, genteng, pipa paralon yang dapat disesuaikan dengan ukuran lobster, paranet angrek atau karung. Dll kami akan menyertakan beberapa gambar bapak agar dapat mengetahui.

PAKAN ALA ISLAMIC LOBSTER CENTER (ILC FARM)

Untuk anakan yang baru menetas dapat diberikan makan cacing sutra, cacing beku, kutu air beku, pellet yang halus dll. Pada umumnya apapun makan dapat dimakan oleh lobster air tawar karna di habitat asalnya apapun yang ada diperairan akan dimakannya, karna lobster air tawar memang tidak susah seperti jenis perudangan lainnya atau pun perikanan lainnya.

Riset dari ILC Farm untuk makanan yang mengandung perotein segar jauh lebih cepat pertumbuhannya di banding sayur-sayuran atau pellet lobster. Cacing termasuk jenis protein segar yang dapat ditemui dan tidak repot untuk mencarinnya dan dari segi harga pun tidak terlalu mahal untuk anakan lobster yang berukuran 5 inci dengan jumlah telur kurang lebih 400 butir dapat dapat menghabiskan sekitar 2 liter cacing sutra dengan harga Rp 10.000. per liter untuk makan perbulan. Dengan waktu 2 – 3 bulan dapat mengahasilkan bibit ukuran 2 inci Up.

Untuk bibit lobster air tawar berukuran 2 inci masuk pembesaran untuk pembesaran lobster konsumsi dengan pembesaran 5 – 6 bulan pada perinsipnya sama bisa kita berikan apa saja, tapi ILC farm tetap memilih protein segar sebagai menu utama dan pellet lobster auau sayuran sebagai menu selingan. protein segar pun sangat bervareasi mulai dari cacahan ikan sampai empla usus, jeroan dan keong mas. Tetapi keong mas ternya memiliki kandungan protein yang sangat lengkap dan gizi yang banyak dan mudah dicari atau dikembangbiakan. Pembesaran dapat menekan biaya untuk pakan sampai menjadi 0 %. Ini terbukti sangat ampuh. Budidaya apapun biaya paling besar yaitu penyediyaan pakan, kalau biaya pakan bisa ditekan sampai 0 % dana investasi bisa digunakan untuk penunjang lainnya. Tanpa mengurangi dari kelezatan lobster itu sendiri. Suatu proses lobster bisa tumbuh sehat dan bongsor adalah tersedianya air yang cukup, oksigen terlarut yang cukup agar bisa merubah zat-zat makan menjadi daging dan pakan yang berprotein segar. Maka lobster akan tumbuh cepat dan dapat mempersingkat waktu pemanenan.

Rabu, 05 Oktober 2011

Budidaya Ikan Krapu

Budidaya Ikan Kerapu di Teluk Lampung


Ternyata tak hanya di Pulau Ayin saja berdiri bangunan/rumah yang terlihat layak dengan lengkap fasilitas di dalamnya bak cottage yang bisa buat disinggahi. Apalagi untuk menginap tentu saja menyenangkan karena pemandangan di sekitar pantai dan juga laut yang biru begitu ‘meneduhkan’ pandangan. Terasa sejuk dan damai.
Menyusuri ke beberapa pulau kecil lainnya, Saya melihat sebuah bangunan rumah kayu (bukan restoran,red) bercat coklat agak hitam. Saya merekam kesan bahwa bangunan rumah itu pastilah milik orang untuk kepentingan pribadi. Sama seperti di Pulau Ayin, dimiliki seorang Ayin saja. Bukan dikelola untuk wisata yang bisa mendatangkan wisatawan untuk berlibur di sana. Sayangnya tidak seperti yang diharapkan tadi. Ternyata pulau-pulau kecil dapat dengan mudah dimiliki orang, bukan negara yang memelihara pulau-pulau yang indah (bukan Indah ini, red). Hehe becanda kok Ndah :)


Rombongan kami di atas kapal motor bergerak medekat ke rumah itu. Tapi tidak sampai singgah ke sana. Tampak sepi dan tidak terlihat seseorang. Saya lupa nama pulau itu. Sepertinya tidak dijaga seorang pun.
Perjalanan berikutnya mampir di sebuah keramba dekat bibir pantai pulau kecil. Keramba adalah sebutan untuk sebuah tambak ikan yang dibuat orang secara sengaja yang diisi ikan-ikan untuk dibudidayakan. Kira-kira luas keramba itu 50mx50m. Ada sebuah gubuk di atas keramba itu terlihat kosong. Saya tidak melihat seorang pun di atas keramba itu. Melihat air laut yang begitu jernih dan biru, ingin rasanya menyelam dan melihat dasar laut.
Berselang beberapa menit kemudian, kapal motor merapat di pinggir keramba itu. Saya melangkah ke atas keramba yang pelampungnya dari drum-drum plastik yang diikat sehingga menjadi sebuah keramba yang mengapung di atas laut. Tampak ikan-ikan kecil di dalam jaring keramba itu. Ikan kerapu(?)
Saya tak pernah membayangkan sebelumnya kalau ikan kerapu ternyata cukup mahal jika dijual di pasaran. Apalagi untuk ekspor ke luar negeri. Harga Kerapu hidup bisa mencapai Rp100ribu-200ribu/kilogram. Sungguh menggiurkan. Memegang ikan itu saja belum pernah, apalagi untuk memakan ikan mahal itu saya belum pernah. Tapi, hari itu saya melihat ratusan ikan-ikan kerapu kecil yang sedang dibudidayakan kelompok masyarakat setempat.
Tapi, ada sebuah keramba besar yang dimiliki pengusaha di tempat yang berbeda. Kata bapak-bapak di rombongan kami, pengusaha itu tinggal di Bandarlampung. Di keramba besar itu banyak para pekerja yang rutin memotong-motongi ikan-ikan kecil. Ikan-ikan kecil itu adalah makanan untuk ikan-ikan kerapu di dalam keramba jaring. Tempatnya masih dekat dengan Pulau Legundi. Pulau dengan luas 1.742 Ha ini adalah salah satu dari pulau kecil lainnya yang berada di Teluk Lampung.
peternak-budidaya-ikan-kerapu-macan
Ada sekitar 300 petak lebih tambak ikan kerapu di sana. Satu petak tambak ikan kerapu itu kira-kira bernilai Rp7juta. Artinya, jika panen besar budidaya ikan kerapu itu bernilai Rp2,1miliar. Wow!! Luar biasa bukan?

Di keramba besar itu, ada dua jenis ikan kerapu, yakni kerapu macan dan kerapu bebek. Budidaya Ikan kerapu di kawasan ini memang sangat potensial karena komoditas tersebut merupakan salah satu mata ekspor yang sangat digemari pasar Hongkong dan Taiwan. Pada tahun 2002 diekspor sekitar 13,6 ton kerapu berbagai jenis dengan total nilai ekspor mencapai 209.870 dollar Amerika (AS).
Tak hanya keelokan laut yang indah, pulau yang menawan, tapi ada juga pembudidayaan ikan yang benar-benar ‘emas’ karena begitu mahalnya ikan ini dijual di pasaran internasional. Entahlah apa yang begitu menggiurkan saat menyantap ikan kerapu ini. Mungkin bagi lidah orang Hongkong dan Taiwan saja yang bisa merasakan nikmatnya ikan kerapu.
Ada yang tertarik langsung mencoba budidaya Ikan Kerapu di sini? Sepertinya menarik ya kalau ingin dicoba. Apalagi melihat peluang pasar yang menggiurkan harganya. Tapi untuk merawatnya juga cukup mahal. Ya sebanding dengan harga jual di pasar ekspor. (Gambar di atas: Ikan Kerapu).

ARWANA

Budidaya Ikan Arwana

Perikanan indonesia

23 Votes
ikan arwana
Ikan Arwana Merah, yang harganya bisa mencapai belasan juta rupiah
Arwana termasuk famili ikan “karuhun”, yaitu Osteoglasidae atau famili ikan “bony-tongue” (lidah bertulang), karena bagian dasar mulutnya berupa tulang yang berfungsi sebagai gigi. Arwana memiki berbagai julukan, seperti: Ikan Naga (Dragon Fish), Barramundi, Saratoga, PlaTapad, Kelesa, Siluk, Kayangan, Peyang, Tangkelese, Aruwana, atau Arowana, tergantung dari tempatnya.
Bentuk dan penampilan arwana termasuk cantik dan unik. Tubuhnya memanjang, ramping, dan “stream line”, dengan gerakan renang sangat anggun. Arwana di alam mempunyai variasi warna seperti hijau, perak, atau merah. Pada bibir bawahnya terdapat dua buah sungut yang berfungsi sebagai sensor getar untuk mengetahui posisi mangsa di permukaan air. Sungut ini termasuk dalam kriteria penilaian keindahan ikan.
Potensi pertumbuhan arwana cukup besar, terutama dengan pemberian pakan berkadar protein tinggi. Pertumbuhan arwana di akuarium mencapai 60 cm, sedangkan di alam mencapai lebih dari 90 cm. Jenis arwana asal Amerika Selatan dapat tumbuh hingga 270 cm.
Arwana merupakan ikan perenang atas (surface feeder), ditunjukkan oleh betuk mulut. Di alam mereka berenang di dekat permukaan untuk berburu mangsa. Arwana dapat menerima segala jenis pakan untuk ikan karnivora, tetapi seringkali mereka jadi sangat menyukai salah satu jenis pakan saja, dan menolak jenis lainnya. Sebagai ikan peloncat, arwana di alam bisa menangkap serangga yang hinggap di ranting ketinggian 1-2 meter dari permukaan air. Maka pemeliharaan dalam akuarium harus ditutup dengan baik.
Arwana merupakan ikan tangguh yang dapat hidup hingga setengah abad. Permintaan yang tinggi dengan ketersediaan alam yang terbatas menyebabkan eksploitasi di alam dibatasi. CITES (Convention of International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) menetapkan bahwa ikan Arwana Asia sebagai ikan yang mendapat perlindungan tertinggi. Berbagai jenis Arwana Asia antara lain:

1. Merah
Arwana merah berasal dari berbagai tempat di Propinsi Kalimantan Barat, seperti dari Sungai Kapuas dan Danau Sentarum yang dikenal sebagai habitat dari Super Red (Chili dan Blood Red). Perairan ini merupakan wilayah hutan gambut yang menciptakan lingkungan primitif bagi ikan purba tersebut. Akan tetapi kondisi mineral, lingkungan air gambut (black water), dan banyaknya cadangan pangan yang memadai telah mengkondisikan pengaruh yang baik terhadap evolusi warna pada ikan yang bersangkutan. Pengaruh geografis itu juga menyebabkan terciptanya variasi yang berbeda terhadap morfologi ikan ini, seperti badan yang lebih lebar, kepala berbentuk sendok, warnah merah yang lebih intensif, dan warna dasaryang lebih pekat.
Warna merah penuh tampak pada sirip ikan muda, pada bibir dan juga sungut. Menjelang dewasa, warna merah akan muncul di berbagai bagian tubuh lainnya, terutama pada tutup insang dan pinggiran sisik, sehingga tubuh ikan terlihat berwarna merah.
Arwana merah dikelompokkan dalam 4 varietas, yaitu Merah Darah (Blood Red), Merah Cabai (Chili Red), Merah Orange (Orange Red), dan Merah Emas (Golden Red). Keempat varietas ini secara umum diberi julukan Super Red atau Merah Grade Pertama (First Grade Red), meskipun dalam perkembangannya super red lebih merujuk pada Merah Cabai dan Merah Darah. Sedangkan dua varietas terakhir lebih sering di anggap sebagai super red dengan grade lebih rendah.
Perbedaan antara varitas merah cabai dan merah darah dijabarkan pada tabel berikut :

Arwana Merah Cabai
Arwana Merah Darah
Tampilan Warna Seperti merah cabai Seperti merah darah
Bentuk fisik Bentuk tubuh lebih lebar, kepala berbentuk sendok lebih panjang dan lebih ramping
Lebar tubuh relatif tetap hingga menjelang pangkal ekor, bingkai sisik yang lebih tebal menyempit secara gradual
Warna mala Mata merah dan lebar sehingga pinggiran matanya seakan menyentuh bagian atas kepala dan bagian rahang bawahnya mata lebih putih dan lebih kecil
Bentuk ekor Seperti intan (diamond) Seperti kipas
Warna pada usia muda cenderung memiliki warna dasar hijau dengan kilap metalik yang pekat memiliki kilap lebih lemah dan cenderung mirip dengan RTG muda; Bentuk tubuh lebih bulat
Pertumbuhan Lebih lambat Lebih cepat
Ciri morfologi fisik kedua jenis tersebut sudah nampak saat masih muda sehingga dapat dijadikan pedoman dalam membedakan kedua varitas tersebut.
Perkembangan warna antara Merah Cabai dan Merah Darah diketahui juga berbeda. Perbedaan waktu dalam pencapaian warna merah penuh adalah 1-2 tahun. Namun kedua varitas melalui tahapan perkembangan warna yang relatif sama yaitu melalui transisi warna orange. Beberapa arwana merah mempunyai warna pucat hingga sampai 8 tahun, baru kemudian berubah ke merah penuh dalam waktu 1 bulan. Menduga potensi arwana merah memerlukan kesabaran dan usaha yang diperoleh dari pengalaman dan kesabaran.
Varietas Merah Orange (Orange Red) merupakan salah satu varietas yang umum dijumpai. Pada saat dewasa sisik tubuhnya menunjukkan warna orange. Dibandingkan dengan Chilli Red dan Blood Red, sirip dan ekor varietas ini tidak semerah keduanya.
Merah Emas (Golden red) merupakan varietas warna lain yang umum dijumpai disamping merah orange (Orange Red). Varietas ini merupakan varietas dengan grade paling rendah. Setelah dewasa warna badannya hanyalah emas kekuningan. Warna bibir dan sirip tidak semerah Super Red, tetapi berwarna merah muda atau merah jambu.

2. Golden (Cross Back, Cross Back Golden,CBG)
Golden varietas cross back merupakan bagian dari varietas arwana golden. Varietas ini dijumpai di berbagai tempat di Malaysia, seperti Perak, Trengganu, Danau Bukit Merah dan Johor. Oleh karena itu, mereka sering diberikan julukan sesuai dengan tempat asalnya, seperti Golden Pahang, Bukit Merah Blue atau Malaysian Gold. Disebut sebagai cross back, karena varietas ini saat dewasa memiliki warna emas penuh hingga melewati punggungnya. Varietas ini harganya relatif lebih mahal bahkan paling tinggi dibandingkan lainnya karena termasuk jarang ditemui.
CBG dibagi menjadi beberapa kelas berdasarkan warna dasar sisik, yaitu Purple-Based (warna dasar ungu), Blue-Based (warna dasar biru), Gold Based (warna dasar emas), dan Silver-Based (warna dasar perak). Arwana Gold dengan warna dasar emas diketahui dapat mencapai warna penuh pada usia lebih muda dibandingkan dengan varietas lain.

3. Golden (Ekor Merah, Red Tail Golden, RTG).
Merupakan verietas dari arwana golden dan sering disebut sebagai Arwana Golden Indonesia (Indonesian Golden Arwana). Varietas ini dijumpai di daerah Pekan Baru, Sumatera. Berbeda dengan Cross Back Golden (CBG), warna emas pada verietas ini tidak akan berkembang hingga melewati punggung namun hanya akan mencapai baris ke empat sisik (baris sisik dihitung dari bawah, perut), atau lebih baik bisa mencapai baris ke lima. Seperti halnya verietas cross back, warna dasar sisik RTG bisa biru, hijau, atau emas. Begitu pula dengan warna bibir, ekor, dan sirip, kedua varietas ini memiliki keragaan yang sangat mirip. RTG muda memiliki warna lebih kusam dibandingkan dengan varietas cross back muda.
RTG boleh dikatakan lebih tahan banting dibandingkan dengan CBG dapat tumbuh lebih besar, dan juga lebih agresif. Jumlahnya di alam relatif lebih banyak dibandingkan dengan CBG, meskipun demikian tetap merupakan varietas yang dilindungi CITES.
CBG sekilas mirip dengan ikan arowana golden red yang berasal dari negara kita. Perbedaan yang sangat mencolok dapat dilihat jika ukuran ikan sudah agak besar dengan ukuran 20 cm lebih. Pada CBG warna emas menutupi seluruh tubuh sampai ke bagian punggung ikan ditutupi oleh ring yang berwarna keemasan. Sedangkan pada golden red (RTG) punggung nya tidak. berwarna keemasan tapi tetap hitam (kelabu).
Membedakan CBG dan RTG pada ukuran kecil (10-12 cm) sulit dilakukan dan perlu kehati-hatian. Perbedaan harga juga sangat mencolok. Harga CBG ukuran 12 cm dihargai lebih dari 10 juta, ukuran 20-25 cm berkisar 15-25 juta. Golden red berukuran 12 cm dihargai 2 juta, sedangkan ukuran 20-25 cm dihargai 2.5-3.5 juta.

4. Arwana Hijau
Arwana hijau ditemukan di Thailand, Malaysia, Myanmar, Komboja, dan juga di beberapa tempat di Indonesia. Variasi penampakandan warna bisa saja ditemukan di masing-masing daerah. Meskipun demikian secara umum dapat dikatakan bahwa pada umumnya berwarna kelabu kehijauan dangan pola garis-garis berwarna gelap pada ekor. Kepala dan mulutnya lebih besar dan lebih membulat dibandingkan dengan jenis arwana asia lainnya.

5. Banjar Merah
Banjar Merah boleh dikatakan merupakan varietas arwana merah kelas 2 dan diketahui bukan merupakan strain murni arwana merah. Penampakannya ditunjukkan oleh warna sirip yang orange pucat, ekor berwarna orange atau kuning, dan tidak memiliki warna merah di badan maupun di pipi. Sepintas Banjar Merah muda sangat mirip dengan Arwana Merah muda, sehingga tidak jarang hal ini dapat mengecoh para hobiis baru. Banjar dicirikan juga oleh bentuk kepala yang cenderung membulat dengan mulut yang tidak terlalu lancip. Perbedaan lain dapat dilihat pada tabel berikut :
Banjar Merah
Arwana Merah Muda
Warna sirip warna sirip yang lebih muda atau cenderung orange-merah pucat. merah pekat merata pada seluruh permukaan
Warna sisik Kuning atau kehijauan Mengkilap
Bingkai sirip dan tutup insang Pink tua atau seperti karat, setelah dewasa menjadi jingga atau merah Tidak ada tampilan seperti pada Banjar
Apabila ragu dalam memilih arwana, bawalah seorang yang telah berpengalaman memelihara arwana atau belilah arwana yang telah disertifikasi dan memiliki sertifikat yang sah.

6. RED SPOTTED PEARL VS JARDINI
Arowana irian (jardini) ada 2 macam. Yang umum ditemui berwarna dasar hijau dan bermutiara merah. Jenis jardini lain berwarna dasar hitam dan bermutiara emas serta lebih sulit ditemui.
Di Australia ditemukan pula jardini tipe 1 (warna dasar hijau, mutiara merah) yang disebut red spotted pearl (Scleropages leichardty). Cross back dan golden red; red spotted pearl dan jardini adalah kerabat, dengan perbedaan lingkungan yang mempengaruhi performa.
Perbedaan yang sangat mencolok adalah pada red spotted pearl, mutiara merah bertaburan secara mencolok pada tubuhnya. Sedangkan pada arowana jardini di mutiara di badannya tidak semencolok arowana red spotted pearl dari australia. Harga jardini (mutiara merah,warna dasar hijau) 12-15 cm dijual dengan kisaran harga 60-80 ribu rupiah, sedangkan arowana red spotted pearl karena langka di Indonesia dihargai 1.3-1.5 juta rupiah.
Arwana tahan terhadap serangan berbagai penyakit. Tetapi sensitif terhadap perubahan kualitas air, terutama terhadap peningkatan kadar amonia, nitrit dan nitrat.

Parameter Air.
pH. Arwana dapat hidup pada selang pH cukup lebar. Namun disarankan agar mereka dipelihara sesuai dengan kondisi aslinya di alam yaitu pada selang pH netral sampai agak masam (pH 6.0 -7.0).
Kesadahan. Arwana berasal dari perairan dengan kesadahan rendah, oleh karena itu direkomendasikan untuk memeliharanya pada selang kesadahan ini (GH 8°). Arwana silver dapat hidup pada kisaran GH 4-10.
Temperatur. Arwana direkomendasikan untuk diperlihara pada selang suhu 26 – 30 °C. Seperti halnya jenis ikan yang lain, hindari terjadinya perubahan suhu mendadak. Perubahan suhu mendadak dapat menyebabkan shock pada ikan yang bersangkutan, dan dapat memicu berbagai masalah. Suhu terlalu tinggi untuk jangka waktu lama diketahui dapat menyebabkan tutup insang menggulung, hal ini tentu akan sangat menggangggu keindahan ikan tersebut.
Pencahayaan. Sebaiknya di area terang tanpa sinar matahari secara langsung.
Arwana bukan termasuk ikan yang sulit dipelihara, hanya perlu beberapa saat setiap hari atau beberapa jam setiap minggu untuk merawat dan mencek kondisi ikan dan lingkungannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memelihara arwana :

Wadah
1. Kolam

Pemeliharaan induk arwana sebaiknya dilakukan di kolam. tanah. Lokasi untuk kolam perlu mempetimbangkan :
  • Tanah
    Jenis Tanah yang baik adalah tanah Nat berlempung yang dapat menahan air dan mendukung pertumbuhan pakan alami.
  • Topografi
    Perbedaan derajat kemiringan antara saluran pemasukan dan pengeluaran maksimal 1%.
  • Air
    Suplai air yang memenuhi kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang dibutuhkan.
  • Kolam yang ideal berbentuk persegi panjang dengan ukuran minimal 10x10m2. Persiapan kolam sebelum tanam yaitu :
  • Pengeringan kolam hingga dasar retak-retak
  • Pembalikan dasar kolam, perbaikan pematang
  • Pengapuran dengan dosis 50-100 gram/m2
  • Perngisian air setinggi 100 cm
Hujan deras dapat mengakibatkan perubahan mendadak kualitas air. Untuk mencegah kematian ikan, ganti air (setelah hujan berhenti) minimal 30% dari total volume air.

2. Akuarium
Sebagai ikan hias, arwana dapat dipelihara dalam akuarium. Secara umum, semakin besar ukuran akuarium akan semakin baik, karena arwana memerlukan ruang gerak yang cukup luas. Ukuran akuarium minimal 3 kali dari panjang ikan dengan lebar 1. 5 kali panjang ikan. Akuarium ditempatkan di area yang jauh dari gangguan, untuk menghindari stress pada ikan. Tutup akuarium dengan tutup yang rapat dan kuat karena arwana dapat melompat atau mendorong tutup ke luar akuarium.
Setelah arwana berumur 4 bulan, pemeliharaan mulai dilakukan secara terpisah pada akuarium ukuran 75 x 45 x 45 cm untuk menghindari perkelahian antar ikan. Pemeliharaan 2-3 ekor arwana dalam satu akuarium perlu dihindari, mengingat sifat agresif akan menyebabkan perkelahian. Namun diperbolehkan pemeliharaan 6 ekor sekaligus, karena sifat agresif arwana menjadi sangat berkurang.
Untuk merangsang keluarnya warna yang bagus dan pembentukan kromatofora, perlu diberikan pencahayaan buatan minimal 10-12 jam per hari. Hindari penyalaan lampu secara mendadak, yang bisa menyebabkan panik, sehingga ikan menabrak kaca atau benda lainnya dalam akuarium dan ikan menjadi terluka. Manipulasi pencahayaan sering dapat menimbulkan pantulan warna ikan dengan lebih baik. Letakkan lampu di bagian depan akuarium, dan set sudut reflektor sedemikan rupa sehingga bisa memberikan pantulan yang optimal. Banyak pilihan lampu dijual dipasaran dengan spektrum bervariasi, lampu berspektrum penuh akan secara alamiah memantulkan wama-warna alami dari ikan.
Pada waktu 6-7 bulan setelah ikan dapat berenang bebas, ukuran mencapai 20-25 cm dan dapat dipasarkan.

Perawatan Akuariurn
Sebagai karnivora, arwana akan memproduksi kotoran dalam jumlah relatif banyak dengan kandungan unsur nitrogen tinggi. Oleh karena itu, kadar amonia, nitrit, dan nitrat dalam akuarium arwana sering kali menjadi masalah.
Penggantian air dilakukan untuk memperbaiki kualitas air yang telah menurun akibat banyaknya kotoran ikan. Oleh karena itu dalam penggantian air yang menggunakan sistem siphon (menggunakan selang air) sekaligus untuk mengeluarkan sisa-sisa kotoran ikan dan juga kotoran yang melekat pada kaca. Penggantian air cukup dilakukan 2 atau 4 minggu sekali dan tidak perlu seluruh air diganti tetapi cukup sejumlah 30-50 % dari total air. Perlu diperhatikan bahwa suhu dan pH air pengganti harus relatif sama dengan air akuarium. Hindari terjadinya fluktuasi kualitas air saat melakukan penggantian air.
Bersamaan dengan penggantian air dilakukan juga pembersihan media filter mekanik yang digunakan.
Pakan hidup merupakan jenis pakan utama bagi arwana yang termasuk karnivora. Pakan yang diberikan hendaknya bervariasi untuk menekan resiko kekurangan gizi tertentu.
Beberapa jenis pakan yang sering diberikan pada arwana adalah ikan hidup, udang hidup, potongan udang segar, potongan daging ikan segar, serangga (jangkrik, kecoa, kelabang), cacing/ulat (cacing sutera, cacing tanah, cacing darah, ulat hongkong) dan kodok.
Penggunaan pakan hidup perlu didahului dengan tindakan karantina yang memadai untuk menghindari masuknya bibit penyakit. Terutama pakan hidup yang berasal atau hidup dalam air, seperti udang, ikan, atau kodok. Hindari memberikan serangga atau kodok mati, kecuali anda yakin betul tidak berasal dari area tercemar insektisida.
Sebelum memberikan pakan hidup, bagian-bagian tubuh pakan yang diperkirakan dapat melukai mulut ikan dibuang terlebih dahulu. Seperti kaki belakang kecoa dan jangkrik, atau rostrum (duri pada kepala) udang. Dapat juga pakan hidup tersebut dilemahkan sebelum diberikan pada ikan, agar tidak terjadi “kejar-mengejar” berlebihan dalam ruang akuarium yang sempit. Arwana yang mengalami kelebihan pakan dalam jangka lama, akan kehilangan nafsu makan selama beberapa hari bahkan beberapa minggu.
Pakan buatan merupakan hasil ramuan dengan komposisi yang mencukupi kebutuhan gizi bagi pertumbuhan arwana dengan cara melatih dan membiasakan agar arwana mau memakannya.

Teknik Pemisahan Skala Kecil di Kolam Semen
1. Pemeliharaan Induk
Induk dipelihara dalam kolam berukuran 5 x 5 m dengan kedalaman air 0,5-0,75 m. Kolam ditutup plastik setinggi 0,75 m untuk mencegah lompatan ikan.
Ruangan pemijahan dibangun di pojok perkolaman dan ditambah dengan beberapa kayu gelondongan untuk memberikan kesan alami. Batu dan kerikil dihindari karena dapat melukai ikan atau dapat tercampur pakan secara tidak sengaja.
Kolam pembesaran dibangun di area tenang dan ditutup sebagian, dan dijauhkan dari sinar matahari langsung. Induk dipelihara dalam kolam pembesaran hingga mencapai matang gonad.

Pengelolaan Kualitas Air
Kualitas air dijaga agar mendekati lingkungan alami arwana yaitu pH 6,8-7,5 dan suhu 27-29 C. Penggantian air dilakukan sebanyak 30-34% dari total volume dengan air deklorinisasi.

Pemberian Pakan
Keseimbangan gizi sangat penting bagi kematangan gonad dan pemijahan. Induk diberikan pakan bervariasi yang mengandung kadar protein tinggi. Pakan diberikan setiap hari dalam bentuk ikan/udang hidup atau runcah, dan ditambah pelet dengan kadar protein 32 %. Jumlah pemberian pakan per hari adalah 2 % dari bobot total tubuh.

Kematangan gonad
Matang gonad terjadi pada umur 4 tahun dengan panjang tubuh 45-60cm.
Pemijahan terjadi sepanjang tahun, dan mencapai puncaknya antara bulan Juli dan Desember. Induk jantan di alam akan menjaga telur yang sudah dibuahi dalam mulutnya hingga 2 bulan ketika larva mulai dapat berenang.
Arwana betina mempunyai ovarium tunggal yang mengandung 20-30 ova besar dengan diameter rata-rata 1,9 cm dengan kematangan berbeda-beda. Induk jantan dewasa juga mempunyai sebuah organ vital menyerupai testis.

Pembedaan Kelamin
Juvenil sulit dibedakan jenis kelaminnya. Perbedaan akan muncul setelah ikan berukur 3-4 tahun.
Pembedaan jenis kelamin diketahui melalui bentuk tubuh dan lebar mulut. Arwana jantan mempunyai tubuh lebih langsing dan sempit, mulut lebih besar dan warna lebih mencolok daripada betina. Mulut yang melebar dengan rongga besar digunakan untuk tujuan inkubasi telur. Perbedaan lain adalah ukuran kepala jantan relatif lebih besar, sifat lebih agresif termasuk dalam perebutan makanan.

Kebiasaan Pemijahan
Tingkah laku arwana sangat unik selama masa pengenalan lain jenis. Masa ini berlangsung selama beberapa minggu atau bulan sebelum mereka mulai menjadi pasangan. Hal ini dapat diamati pada waktu malam, ketika ikan berenang mendekati permukaan air. Arwana jantan mengejar betina sekeliling kolam, terkadang pasangan membentuk lingkaran (hidung menghadap ke ekor pasangan).
Sekitar 1-2 minggu sebelum pemijahan, ikan berenang bersisian dengan tubuh seling menempel. Terjadilah pelepasan sejumlah telur berwarna jingga kemerahan, Jantan membuahi telur dan kemudian mengumpulkan telurdi mulitnya untuk diinkubasi sampai larva dapat berenang dan bertahan sendiri. Diameter telur 8-10 mm dan kaya akan kuning telur dan menetas sekitar seminggu setelah pembuahan. Setelah penetasan, larva muda hidup dalam mulut jantan hingga 7-8 minggu sampai kuning telur diserap total. Larva lepas dari mulut dan menjadi mandiri setelah ukuran tubuh 45-50 mm.

2. Panen Larva
Inkubasi telur secara normal adalah membutuhkan 8 minggu. Untuk memperpendek waktu, telur yang sudah dibuahi dapat dikeluarkan dari mulut pejantan 1 bulan setelah pemijahan. Induk jantan ditangkap dengan sangat hati-hati dengan jaring halus lalu diselimuti dengan handuk katun yang basah untuk menghindari ikan memberontak dan terluka.
Untuk melepaskan larva dari mulut induk jantan, tarik perlahan bagian bawah mulut dan tubuh ditekan ringan. Larva dikumpulkan dalam wadah plastik dan diinkubasikan dalam akuarium. Jumlah larva yang dapat mencapai 25-30 ekor.

Teknik Pembenihan
Setelah dikeluarkan dari mulut pejantan, larva diinkubasikan dalam akuarium berukuran 45x45x90 cm. Temperatur air 27-29 °C menggunakan pemanas thermostat. Oksigen terlarut 5 ppm (mg/ I) menggunakan aerator bukaan kecil.
Untuk mencegah infeksi akibat penanganan larva, dalam air dilarutkan Acriflavine 2 ppm. Menggunakan teknik pembenihan in vitro ini, Survival Rate (SR) yang didapat sampai tahap ikan dapat berenang adalah 90-100 %.
Selama periode inkubasi, larva tidak perlu diberikan pakan. Beberapa minggu pertama selama kuning telur belum habis, biasanya larva hampir selalu berada pada dasar akuarium. Larva mulai berenang ke atas bertahap ketika ukuran kuning telur mengecil. Pada minggu ke delapan, kuning telur hampir terserap habis sehingga larva mulai berenang ke arah horizontal. Pada tahap ini, pakan hidup pertama harus mulai diberikan untuk mencegah larva saling Ketika ukuran larva mencapai 8,5 cm atau berumur 7 minggu, kuning telur terserap secara penuh dan larva dapat berenang bebas.

Pemeliharaan Larva
Tambahan pakan hidup yang dapat diberikan seperti cacing darah atau anak ikan yang ukurannya sesuai bukaan mulut arwana.
Larva yang telah mencapai panjang 10-12 cm dapat diberikan pakan seperti udang air tawar kecil atau runcah untuk mengimbangi kecepatan tumbuhnya.

Teknik Transportasi
Arwana bila gelisah gampang sekali melakukan “jumping” atau menabrak-nabrak. Bila satu saja sisiknya terlepas akan terlihat kurang indah. Juga bisa mengakibatkan sirip robek dan patah.
Tubuh yang rusak bisa mengalami regenerasi, namun mungkin pula menjadi cacatdan mengurangi keindahan penampilan, apalagi ada hal-hal yg bisa memperparah luka-lukanya (misalnya infeksi, pertumbuhan bekas luka yg lambat/delay). Untuk itu arwana perlu dilumpuhkan agar tidak dapat berontak dalam proses pemindahan antar akuarium maupun transportasi jarak jauh. Dosis pembiusan diatur sedemikian rupa bergantung keperluan. Untuk transportasi jarak jauh, arwana dilumpuhkan gara tidak dapat berontak namun tidak sampai terbalik dan masih bisa berenang. Pemindahan antar arwana akuarium menggunakan dosis ringan, yang penting arwana tidak dapat berontak.

1. Persiapan Pre-anestesi :
  • Puasakan arwana selama 1-2 hari.
  • Lama puasa bergantung ukuran tubuh, jenis dan kebiasaan arwana buang kotoran (lancar atau tidak). Semakin besar ukuran arwana maka semakin lama waktu puasa, untuk menghindari arwana muntah atau mengeluarkan kotoran.Untuk arwana berukuran kecil (
  • Siapkan air tampungan yang sudah teraerasi minimal 24 jam.
  • Kondisi arwana tidak mengalami gangguan pernapasan, tidak ditemukan kelainan pada tutup insang.
Alat dan bahan :
  • Plastik dengan lebar sepanjang badan arwana.
  • Wadah bak untuk tempat kantong plastik yang berisi arwana
  • Air segar, air yang telah diaerasi yg mencukupi minimal 24 jam. Hindari bahan-bahan kimia lain yang terlarut.
  • Bahan : Aquadine” cair
Prosedur Pealksanaan :
  • Tangkap arwana dalam akuarium dengan tenang kantong plastik.
  • Masukkan cairan bius dalam plastik kira-kira 1 cc/lt.
  • Bila sudah terlihat tidak bisa melompat, angkat kantong plastik.
  • Perhatikan apakah perlu ditambahkan lagi cairan bius untuk
    menurunkan kesadaran sampai arwana menjadi terbalik, tunggu reaksi bius beberapa menit.
  • Jaga arwana selalu tenggelam dalam air, untuk menghindari kembung.
  • Bila sudah tidak berontak, perhatikan gerakan tutup insang harus terlihat bergerak. (Dalam waktu kurang dari 5 menit, arwana mulai gelisah dan kehilangan keseimbangan dan tidak banyak bergerak. Karena bagian tubuhnya yg berat ada di bagian atas, maka arwana mulai terbalik. Badannya mulai kaku/ kejang. Perhatikan gerakannya, terutama gerakan insang yg menunjukkan masih adanya usaha untuk bernapas.
  • Untuk keperluan foto dan pengukuran, angkat ke tempat yang telah dipersiapkan dan lakukan secepat mungkin, bila terlalu lama di luar air bisa kembung.
Paska Pembiusan :
  • Masukkan kembali ke dalam akuarium dengan air yang tidak mengandung bahan kimia lain. Jaga di bawah kucuran air, dalam air dekat permukaan.
  • Arwana mulai siuman, jaga jangan sampai terbentur benda-benda di sekelilingnya.
    Efek samping :
  • Obat bius tanpa pengenceran yang mengenai sisik arwana menyebabkan iritasi selaput lendir dan menimbulkan alergi pada beberapa orang.
  • Bila arwana kembung, bisa disiapkan larutan daun ketapang kering yang tua dituangkan dalam akuarium, suhu dinaikkan level air direndahkan. Arwana yang kembung dicirikan tidak dapat menyelam ke dasardan berenang nungging.
  • Bila pembiusan terlalu dalam biasanya gerakan tubuh mulai jarang, gerakan insang juga demikian. Pembiusan lebih dalam lagi akan mengurangi kekejangan otot, saat tersebut insang juga tidak ada gerakan, ikan berada pada posisi mengambang. Untuk mengatasinya tambahkan air segar untuk mengencerkan dosis obat bius atau di ceburkan ke tank bersih dibawah kucuran air.
Sumber: Buku Budidaya Ikan Arwana, Direktorat Jenderal P. Budidaya

LAPORAN Praktikum

BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar belakang
           Produksi udang dunia dalam beberapa tahun terakhir ini telah menunjukan laju pertumbuhan yang sangat fantastik. Selain peningkatan volume produksi,industri udang dunia juga diwarnai oleh pergeseran sistem produksi dari usaha penangkapan ke usaha budidaya khususnya di tambak. Di samping itu, spesies udang windu ke arah udang putih khususnya udang vaname. Peningkatan psoduksi udang vaname ini begitu pesatnya,sehingga suplai di pasar dunia menjadi sangat meningkat.           China,Vietnam,Thailand,dan Indonesia merupakan prosuden utama udang vaname di Asia.
           PT Biru Laut Khatulistiwa merupakan salah satu perusahaan milik swasta yang bergerak di bidang perikanan khususnya dalam hal penyediaan benih udang.                                                                                                            Untuk dapat menghasilkan benih udang yang memiliki kualitas yang baik maka              PT Biru Laut Khatulistiwa terus berupaya untuk melakukan perbaikan baik yang bersifat teknis maupun non-teknis untuk menghasilkan benih udang yang berkualitas baik kuantitas yang sesuai. Salah satu kunci keberhasilan dalam usaha pembenihan udang vaname di PT Biru Laut Khatulistiwa terletak pada bagian Central Nauplii Producsion Deparment  (CNPD) dan hatchery yaitu bagian yang memproduksi nauplii dan merawat nauplii hingga menjadi benur. PT Biru Laut Khatulistiwa memiliki dua Central Nauplii Production Deparment dan 12 Hatchery.
           Untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan di lapangan maka perlu dilakukan Praktek Kerja Lapangan. Kegiatan ini merupankan penerapan dari teori-teori yang telah di dapat dalam pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu diharapkan dengan dilaksanakannya kegiatan ini akan terbentuk calon tenaga kerja professional sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

                                                                                                                                                  
1.2  Tujuan
    Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan pembenihan di PT Biru Laut Khatulistiwa adalah :
Ø  Sebagai salah satu pembelajaran di dunia kerja agar kita bisa tau bagai mana cara bekerja di dunia industri.
Ø  Meninjau secara langsung unit pembenihan udang vaname di PT Biru Laut Khatulistiwa ,Merak Belantung,Kalianda,Lampung beserta kegiatan yang dilakukan khususnya dalam pembenihan.
Ø  Meningkatkan penegtahuan, keterampilan dan penalaran dalam berbagai aspek bioteknik usaha pembenihan udang.
Ø  Berinteraksi langsung dengan sistem kerja PT.Biru Laut Khatulistiwa, Lampung
Ø  Melatih kemampuan mengidentifikasi masalah yang timbul pada pembenihan udang dan mecoba memecahkan permasalahan yang ada.
Ø  Mengetahui teknik pengelolaan pembenihan udang vaneme.

1.3  Deskripsi Lokasi
 PT Biru Laut Khatulistiwa adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang udang. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1990 di Desa Merak Belantung, Kalianda, Lampung Selatan dan posisinya dekat dengan pantai. Perusahaan ini memiliki beberapa devisi produksi berupa 12 bangunan Hatchery, dan dua Central Nauplii Production Department dan Lab Mond yang terdiri dari Research & Development dengan delapan petak tambak plastik sebagai media pembesaran.Water Management Department, Massal Algae Culture Production Department, Biofeed, Technology & Development,  serta bagian lainnya yang saling menunjang.

1.4  Waktu dan Tempat Pelaksanaan
           Kegiatan Praktek Kerja Lapangan SMKN 36 JAKARTA jurusan Agribisnis Perikanan ini dimulai dari tanggal 5 Januari sampai dengan tanggal 3 Maret 2011.Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini, bertempat di dua Department yaitu Central Nauplii Production Depatment I dan Hatchery PT Biru Luat Khatulistiwa. 

                                                                                                                   
BAB II
PRODUKSI NAUPLII
2.1 Alat dan Bahan
           Alat-alat yang digunakan  dalam Central Nauplii Production Department antara lain termometer, DO meter, timbangan manual, timbangan digital, stereofoam berbagai ukuran, batu es, ban bekas, kantong plastik packing, papan untuk penerimaan es, tabung oksigen, selang oksigen, karet packing, sepatu boot, seragam kerja, gunting ablasi, pipa aklimatisasi, selang aklimatisasi, bak, aklimatisasi 500 liter, gelas mineral bekas, ember 10 liter dan 20 liter, orchid net, kran aerasi, glass beeker 2 liter, selang siphon spiral, selang siphon benang, seser induk mesh 20, seser pakan mesh 20, kran penutup paralon, paralon berbagai ukuran, selang aerasi, timah pemberat batu aerasi, batu aerasi, pengaduk manual dan otomatis, gayung, kantong plastik packing, screen, blower, sapu, scouring pad, saringan outlet holding tank mesh 150, seser nauplii mesh 150, lampu bohlam 5 watt, lampu neon 40 watt, lampu toki 300 watt, bak beton ukuran 24 m3, bak beton ukuran 32 m3, deeping tank 300 L, holding tank 500 L dan hatching tank 2000 L.
           Bahan yang dipakai dalam Centarl Nauplii Production Department untuk menghasilkan naupli antara lain EDTA, pakan cumi, pakan cacing laut putih dan merah hidup, kaporit, air laut, air tawar, iodine, cloramin-T, formalin, PK (kalium permanganat), oksigen murni dan deterjen.
2.2 Pemeliharaan Induk
           Induk udang yang digunakan dalam Central Nauplii Production Department adalah induk udang putih yang diimpor baik dari Hawaii dan Florida.Adapun klasifikasi udang putih menurut Perez dan Kensley (1977) dalam Mudjiman (1992) ssebagai berikut.
Kingdom                    : Animalia
Subkingdom              : Metazoa
Subfilum                    : Crustacea
Kelas                           : Malacostraca
Subkelas                     : Eumalacostraca
Superordo                  : Eucarida
Ordo                           : Decapoda
Subordo                     : Dendrobrachiata
Famili                         : Panaeidae
Genus                         : Littopenaeus
Spesies                        : Littopenaeus vannamei
Commun Name         : Udang putih, Pasific White Shrimp
            Beberapa negara sudah mulai membudidayakan udang dari jenis vaname dan banyak negara tertarik dengan spesies ini yang memiliki kualitas hampir sama dengan udang windu. Diharapkan di masa yang akan datang udang putih ini menjadi idola bagi pangsa pasar di dunia budidaya udang (Birulaut Khatulistiwa).
2.2.1 Seleksi Induk
Dalam menentukan induk udang yang baik dalam usaha pembenihan udang diperlukan kriteria tertentu karena merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dan keberlanjutan usaha pembenihan udang di masa datang. Bila induk udang yang dipilih merupakan induk udang yang berkualitas tiinggi maka naupli dan benur yang dihasilkan juga memiliki kualitas yang tinggi dan dapat bermamfaat dan menguntungkan.                                                                                                                     Adapun kriteria induk yang dipilih sebagai berikut :
ü  Berat induk jantan 35 – 40 gram dengan panjang 17 – 21 cm ;
ü  Berat induk betina 40 – 45 gram dengan panjang sekitar 18 – 22 cm ;
ü  Sehat ;
ü  Tidak terkena nekrosis berat
ü  Spesific Pathogen Free dan Specifik Pathogen Resistant
ü  Warna tubuh cerah dan tidak kusam                                                                         
ü  Alat kelamin sempurna dan tidak cacat
ü  Aktif, tidak stress dan tidak sedang moulting
ü  Kondisi alat reproduksi normal dan tidak rusak, thelicum terlihat bersih dan tidak cacat, induk jantan memiliki spermatophore yang penuh berisi sperma, yang ditandai denggan warna putih susu pekat pada sisi kanan dan kiri tubuh di dekat kaki jalan terakhir.


2.2.2 Proses Aklimatisasi
            Aklimatisasi adalah proses adaptasi atau menyesuaikan dari suatu organisme terhadap beberapa parameter lingkungan, dalam kasus ni seperti suhu, pH, DO, dan salinitas. Parameter – parameter tersebut sangat berpengaruh terhadap fungsi fisiologis udang sehingga harus dapaat disesuaikan dengan kondisi linkungan awal induk udang agar tidak menyebabkan  stress bahkan kematian di waktu kemudian. Tujuan dari proses aklimatisasi ini adalah untuk menekan timbulnya stress berat akibat perjalanan dan perbedaan kualitas air antara bak penerimaan dengan kantong pengangkut induk udang serta mengembalikan kondisi induk udang ke kondisi semula sesuai dengan habitat awalnya.

2.3 Pematangan gonad
              Dalam proses pematangan gonad induk udang dapat dilakukan beberapa cara  seperti ablasi tangkai mata induk betina, pengaturan fotoperiod, dan pemberian pakan bernutrisi tinggi yang dapat memacu pematangan gonad. Kematangan sperma induk udang jantan dapat dilihat pada bagian samping pada kaki jalan pertama, terhadap bagian berwarna putih susu. Sedangkan kematangan pada induk udang betina dapat dilihat dari perkembanan ovarinya, yang terletak pada bagian dorsal dari tubuh udang mulai dari karapas sampai ke pangkal ekor. Ovari tersebut berwarna hijau muda sampai hijau tua kecokelatan. Semakin matang ovarinya maka semakin gelap warnanya dan tampak melebar serta berkembang ke arah kepada.    

                                                                                                                                                  
2.4 Proses Pemijahan Induk
   Dengan sistem reproduksi yang dimiliki oleh udang vanname baik jantan maupun betina, maka perkawinan udang vanname dilakukan di luar tubuh. Perkawinan/mating pada udang vaname biasanya terjadi sebelum dan sesudah matahari terbenam, dan terjadi antara 3 – 16 detik, dapat dirinci dalam 4 fase yaitu :
1.      Pendekatan : biasanya udang jantan secara cepat mendekati udang betina dari samping dengan berjalan di dasar.
2.      Perangkakan: Setelah mendekati betina dari samping, udang jantan merangkak dengan kepala dibawah ekor udang betina. Dengan pendekatan tersebut, akibatnya udang betina bergerak.
3.      Pengejaran: Setelah udang jantan merangkak dibawah ekor udang betina, udang betina mulai berenang cepat. Udang betina berenang sepanjang dinding bak atau melintasi tengah bak. Udang jantan kemudian mengejar udang betina dan berenang dengan posisi paralel. Seekor udang betina bisa dikejar/diburu oleh dua sampai tiga udang jantan sekaligus. Udang betina yang telah matang telur akan diburu lebih sering dari pada yang tidak matang telur. Jika udang betina terpisah dari udang jantan, maka udang betina matang telur akan diseleksi untuk dimasukkan pada bak yang berisi udang jantan. Udang betina matang telur tersebut akan mengeluarkan pheromone pertama yaitu chase-stimulating pheromone yang disalurkan lewat air dan merangsang udang jantan untuk memburunya. Pheromone kedua adalah mating-stimulating pheromone, yang dikeluarkan oleh induk betina yang matang telur penuh dan hanya singkat serta terjadi karena kontak fisik.
4.      Perkawinan/mating : Setelah pengejaran, udang jantan membalikkan tubuh ke arah ventral udang betina dan mencengkeram betina dengan kaki jalan. Posisi ventral dengan ventral terjadi 1 sampai 2 detik, ketika udang jantan mengeluarkan spermatophore dari petasma. Spermatophore diletakkan pada telikum betina setelah mating sempurna. Proses pemijahan induk udang ini berlangsung dalam hitungan detik dengan rasio induk udang jantan dan betina 1 : 1.                                                                                      
   

Setelah terjadi mating, satu atau dua jam kemudian induk betina akan segera memijah/spawning. Proses spawning biasanya sekitar dua menit. Selama itu udang betina berenang perlahan pada kolom air dan menyemprotkan seluruh telur dari ovary. Selama telur disemprotkan, udang betina dengan cepat akan mencampur telur dan sperma yang melekat pada telikum dengan menggunakan kaki renang. Dengan demikian telur akan terbuahi.
2.5 Persiapan Spawning/Hatching dan Holding Tank
            Persiapan spawning tank sekaligus sebagai hatching tank dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 pagi. Hatching tank yang sudah selesai dipakai dibersihkan dengan menggosok – gosokan dinding dan dasar bak dengan menggunakan sapu atau scouring pad lau dibilas dengan air laut dan dibiarkan kering udara terkena panas ruangan akibat sinar matahari yang masuk ke dalam ruang hatching. Pembersihan ini bertujuan untuk membunuh bakteri, jamur, lumut, yang terdapat dalam bak dan sisa naupli yang tersisah atau yang tidak terambil saat  transfer ke houlding tank.  

                                                       
           
         Dalam persiapan Hatching tank menggunakan beberapa treatment obat – obatan  yang bertujuan untuk  mempertahankan kualitas air agar terbebas dari bahan beracun dan organism penganggu seperti jamur. Jenis obat yang diberikan adalah EDTA (Ethilene Diethyl Tetraacetic Acid) dengan dosis 15 ppm.
                                                                                                                                                   
2.6 Proses Spawning Induk Udang Betina
            Spawning merupakan proses pelepasan telur dari tubuh induk betina setelah dibuahi. Pada pukul 13.00 siang hari dilakukan persiapan Hatching tank. Pada pukul 19.00 sore hari dilakukan Sampling  induk udang betina matang gonad dan yang sudah memijah atau terdapat spermathopore di thelicum Saat sampling aerasi dalam bak di matikan agar dapat mempermudah dalam pengamatan dan penyeseran Induk udang betina yang sudah memijah terdapat sperma di dekat kakinya dan setelah itu angkat induk betina lalu pidahkan ke Hatching tank satu persatu.   
Setelah induk betina dimasukkan ke dalam Hatching tank, aerasi sekecil mungkin pada empat titik di sudut bak yang bertujuan untuk membuat kondisi yang tenang dalam Hatching tank sehingga induk udang betina dapat melepaskan telurnya. Untuk mencegah induk udang betina melompat dari Hatching tank dapat digunakan penutup orchid net di atas Hatching tank. Proses pelepasan telur ini terjadi pada malam hari antara pukul 22.00 sampai dengan pukul 03.00 dini hari. Setelah semua induk udang betina mengeluarkan telurnya, pada pukul 04.00 pagi hari induk udang betina dipindahkan kembali ke bak pemeliharaan. Setelah itu dilakukan penghecekan dan pengaturan aerasi dan memasang pengaduk otomatis.

            

                                                                                                                                       
2.7 Inkubasi dan Penetasan Telur
            Inkubasi telur dilakukan dalam Hatching tank dengan pengaturan aerasi yang bergelembung besar di dua titik tengah dan bergelembung halus di keempat titik sudut bak. Setelah semua induk udang betina ditranfer ke bak pemeliharaan pada pagi hari, lampu toki dinyalakan tepat di atas hatching tank. Proses inkubasi dilakukan sampai telur menetas. Hatching  tank ini telah diberi perlakuan EDTA 15 ppm, dan treflan 0,05 ppm. Pengaduk otomatis juga dipasang agar telur tidak mengendap didasar bak mempunyai peluang besar untuk menetas bagi telur yang fertil. Suhu inkubasi telur maksimal sekitar 320C. Pada pagi harinya dilakukan pembersihan feses udang, pengaturan aerasi, dan pengecekan pengaduk otomatis.Pembersihan feses dilakukan denghan penyeseran dengan seser  mesh 20 bertujuan untuk mengurangi dekomposisi feses menjadi amonia yang dapat bersifat toksik sehingga menghambat proses penetasan telur.
    
            Proses penetasan telur berlansung sejak pukul 04.00 pagi hingga pukul 15.00 sore hari. Saat transfer naupli ke holding tank, selang aerasi dan pengaduk otomatis diangkat lalu naupli dibiarkan mengumpul ke atas permukaan air sehingga lebih mudah dalam proses pengambilan naupli.
            Setelah sebagian naupli telah transfer, selang aerasi dimasukkan kembali dengan dua titik di tengah dan pengaduk otomatis dilepas. Suhu air hatching tank harus diperhatikan sehingga dipasang termometer didalamnya untuk mengetahui fluktuasi suhu dalam sehari.Pengecekan suhu dilakukan sebanyak empat kali dalam sehari yaitu pada pukul 07.00, 10,00, 14.00, 16.00. Kisaran suhu air yang optimal dalam proses penetasan telur sekitar 300 – 320C. Begitu juga dengan ruang hatching dan holding, pengecekan suhu dilakukan pada waktu yang sama.
                                                                                                                                                         
            Pada pagi hari sekitar pukul 06.00, pihak R&D melakukan pengecekkan dengan mengambil sempel telur dalam hatching tank untuk mengetahui jumlah kesseluruhan telur dan mengetahui jumlah telur yang dibuahi serta mengamati perkembangan telur. Jumlah telur didalam hatching tank dapat di ketahui dengan cara menghitung perbandingan antara volume air hatching tank dengan volume air sempel. Adapun rumus penghitungan jumlah telur sebagai berikut:
× 100 %
Sedangkan rumus yang digunakan dalam penhitungan fertillitas telur sebagai berikut.
× 100 %
2.8 Persiapan Deeping Tank
Deeping Tank berfungsi untuk membilas naupli baik pada sat proses pemanenan dan juga proses transfer naupli ke houlding tank. Deeping tank dibersihkan sebanyak dua kali dan pengisian air ke dalam deeping tank dengan volume maksimum yaitu 300 liter. Setelah kedua deeping tank terisi penuh, pada deeping tank pertama saluran air inlet dimatikan dan diberi aerasi lalu diberi trearment Cloramin-T dengan dosis 20 ppm. Treatment ini bertujuan untuk mencegah bakteri dan jamur  yang masih menempel pada naupli. Dan jangan pula lupa member iodine dengan dosis 25 ppm.
2.9 Pemanenan Naupli
            Sebelum dilakukan proses pemanenan, dilakukan penhitungan sampel naupli oleh pihak Research and Development. Adapun rumus perhitungan naupli sebagai berikut :
× ∑ Naupli Air Sampel



                                                                                                                      
Setelah selesai penhitungan nauplii maka dilakukan pemanenan nauplii  dari holding tank ke kantong plastic transparan yang telah diberi kode tujuan bak suatu hatchery. Nauplii yang dipanen biasanya sudah mencapai stadi N-5 atau N-6. Nauplii yang terdapat dalam holding tang diseser dengan seser naupli mesh 150 dan bekker glass berukuran satu liter  yang sebelumnya telah direndam dalam larutan formalin dengan dosisi 5 ppm. Pada malam hari saat sampling induk telah disiapkan bak dan plastik packing.                                              
2.10 Packing dan Transfortasi Naupli
           Jenis pengangkutan yang dilakukan oleh CNPD adalah pengangkutan tertutup dengan menggunakan kantong plastik noupli dengan ketebalan 0,02 – 0,05 mm. Setelah semua naupli dimaksukkan ke plastik, kantong packing dibawa ke ruang  packing untuk pengisian oksigen dengan perbandingan 2:1 hingga 3:1, lalu kantong ditutup dengan memutar bagian mulut plastik hingga kantong menegang dan diikat dengan karet gelang. Penambahan oksigen bertujuan untuk mempertahankan kelansungan hidup naupli selama pengangkutan. Selanjutnya disusun diatas mobil distribusi sesuai dengan alamat yang dituju.
          

           
           




                            


                                                                                                                                               
BAB III
HATCHERY (Pemeliharaan Naupli sampai menjadi Benur)
3.1 Persiapan Bak Pemeliharaan
            Agar kondisi larva dapat baik maka langkah pertama dilakukan adalah dengan pencucian bak pemeliharaan agar bahan – bahan organic  yg  dapat merugikan larva udang bisa hilang, karena bahan organik dalam proses penguraiannya menghasilkan gas ammonia ( NH3 ) yang bersifat racun. Walaupun kandungan ammonianya hanya 1,3 ppm dapat berbahaya pada larva udang.
            Untuk menghindari hal tersebut maka dilakukan prosedur sebagai berikut :
v  Pencucian bak & alat
v  Pemasangan alat aerasi
v  Pemasangan saringan sirkulasi
v  Uji aerasi.

3.1.1 Alat & bahan
Alat :                                                                           Bahan :
ü  Scouting pad,                                                             ~ Air tawar   
ü  Selang 1mchi                                                              ~ Detergen powder
ü  Ember                                                                        ~ Povidone
ü  Kawat saling / stainless                                             ~ Iodine 10 %
ü  Cukter                                                                        ~ Selang aerasi
ü  Pengikat selang                                                          ~ Batu aerasi & Timah
ü  Karet                                                                          ~ Oksigen (hasil blower)
ü  Pipa goyang ukuran 200 × 230 cm                          ~ Formalin 37 %
ü  Tambang dan mesin blower                                     ~ Air laut.
ü  Fishing line 2000

                

3.2 Stocking dan Aklimatisasi Naupli
            Proses persiapan media pemeliharaan sudah sesuai dengan standar selanjutnya proses stocking yaitu penerimaan naupli dan aklimatisasi stadia larva yang di transfer ke unit produksi adalah naupli 5 – 6 dengan tahapan pelaksanaan secara teknis dapat dilihat di intruksi kerja stocking dan aklimatisasi naupli.
3.3 Pemeliharaan Zoea
            Selama masa pemeliharaan larva udang mengalami stadia setelah naupli kemudian mengalami beberapa kali perubahan stadia yakni stadia zoea ( 3 – 5 hari ). Adapun proses pelaksanaan yang hatus diperhatikan pada masa stadia ini adalah sebagai berikut :
a)      Penambahan air
b)     Pengurangan air
c)      Pengukuran volume aerasi
d)     Pemberian pakan buatan
e)      Pemberian pakan alami / phytoplankton
f)       Pendugaan / estimasi populasi
g)      Pemeriksaan kondisi benur
h)     Aplikasi probiotik
3.3.1 Alat & Bahan
Alat :
ü  Rick filter bag
ü  Pompa air ( pompa centrifugal 10 HP )
ü  Saringan sirkulasi / pipa goyang monopin 25 / 120 T screen nylon ( mesh size 100 )
ü  Mesin blower ( root blower 10 HP 3 pH )
ü  Selang aerasi green marine Ø 1/4 ˝
ü  Batu aerasi
ü  Kran aerasi green marine
ü  Timbangan digital                                                                                                        
ü  Ketelitian 1 desimal
ü  Chothmesh size 250
ü  Ember
ü  Gayung hatchery
ü  Maat plastic 500 ml
ü  Alat penhitung  ( hand tally counter )
ü  Seser benur mesh size 100 nylon
ü  Refrakto meter
ü  Beaker  glass 500 atau 1000 ml
ü  Tissue dan seser benur mesh size 100 nylon.

Bahan :
ü  Air laut
ü  Air tawar
ü  Pakan powder / artifikal
ü  Stock molasses
ü  Probiotik
ü  Aquabides

3.3.2 Pakan alaminya / phytoplankton
Ø  Single cells ( chaetoceres, chyloteella, nannochloropsis, tretraselmis, thallasiosera.
Ø  Skeletonema sp.



                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              

3.3.3 Pendugaan / Estimasi populasi
a.      Siapakan alat pengukur 500 ml ( maat plastik )
b.      Tentukan empat titik pengambilan sampel secara acak
c.       Ambil sampel pada kedalaman 0,5 m dari permukaan air
d.      Hitung jumlah larvae pada setiap pengambilan dan konversial hasilkan dengan rumus, sebagai berikut :

× B
Ket : A = Rata – rata jumlah larvae dari sampel yang di ambil
          B = Volume air dalam pemeliharaan ( liter )



3.4 Pemeliharaan Mysis     
           Masa pemeliharaan ini setelah mengalami stadia zoea dan masuk stadia mysis     ( 3 – 5 hari ). Stadia zoea dan mysis masing – masing mengalami 3 sub stadia.         Sebelumm moulting dan masuk ke stadia post larva. Proses pelaksanaan yang harus diperhatikan pada masa stadia ini adalah sebagai berikut :
a)      Penambahan air
b)     Pengurangan air
c)      Pengukuran volume aerasi
d)     Pemberian pakan buatan
e)      Pemberian pakan alami / phytoplankton
f)       Pendugaan / estimasi populasi
g)      Pemeriksaan kondisi benur
h)     Aplikasi probiotik
                                                                                                                                                

3.4.1  Alat & Bahan
Alat :
ü  Rick filter bag
ü  Pompa air ( pompa centrifugal 10 HP )
ü  Saringan sirkulasi / pipa goyang monopin 25 / 120 T screen nylon ( mesh size 100 )
ü  Mesin blower ( root blower 10 HP 3 pH )
ü  Selang aerasi green marine Ø 1/4 ˝
ü  Batu aerasi
ü  Kran aerasi green marine
ü  Timbangan digital
ü  Ketelitian 1 desimal
ü  Chothmesh size 250
ü  Ember
ü  Gayung hatchery
ü  Maat plastic 500 ml
ü  Alat penhitung  ( hand tally counter )
ü  Seser benur mesh size 100 nylon
ü  Refrakto meter
ü  Beaker  glass 500 atau 1000 ml
ü  Tissue dan seser benur mesh size 100 nylon.
Bahan :
ü  Air laut
ü  Artifical feeds
ü  Stock molasses
ü  Probiotik
ü  Algae
3.4.2 Pakan alaminya / phytoplankton
Ø  Single cells ( chaetoceres, chyloteella, nannochloropsis, tretraselmis, thallasiosera.
Ø  Skeletonema sp.                                                                                                         
3.4.3 Pendugaan / Estimasi populasi
a.      Siapakan alat pengukur 500 ml ( maat plastik )
b.      Tentukan empat titik pengambilan sampel secara acak
c.       Ambil sampel pada kedalaman 0,5 m dari permukaan air
d.      Hitung jumlah larvae pada setiap pengambilan dan konversial hasilkan dengan rumus, sebagai berikut :

× B
Ket : A = Rata – rata jumlah larvae dari sampel yang di ambil
          B = Volume air dalam pemeliharaan ( liter )
            Pengambilan sampel padabenur dilakukan setiap hari walaupun stadianya sudah berubah cara pengambilan sampel benur tetap sama.

3.5 Pemeliharaan Post Larva
              Stadia berikutnya adalah post larva ( PL ). Identifikasi sub stadia pada stadia larva didasarkan atas karakteristik perubahan morfologi, sedangkan pada stadia post larva berdasarkan atas umur hari yang dihitung sejak sub stadia post larva – 1             ( PL - 1) proses pelaksanaan yang harus diperhatikan pada masa stadia ini adalah sebagai berikut :
a)       Penambahan air
b)     Pengurangan air
c)      Pengukuran volume aerasi
d)     Pemberian pakan buatan
e)      Pemberian pakan artemia
f)       Pendugaan / estimasi populasi
g)      Pemeriksaan kondisi benur
h)     Aplikasi probiotik

  
3.5.1 Alat & Bahan
Alat :
ü  Rick filter bag
ü  Pompa air ( pompa centrifugal 10 HP )
ü  Saringan sirkulasi / pipa goyang monopin 25 / 120 T screen nylon ( mesh size 100 )
ü  Mesin blower ( root blower 10 HP 3 pH )
ü  Selang aerasi green marine Ø 1/4 ˝
ü  Batu aerasi
ü  Kran aerasi green marine
ü  Timbangan digital
ü  Ketelitian 1 desimal
ü  Chothmesh size 250
ü  Ember
ü  Gayung hatchery
ü  Maat plastic 500 ml
ü  Alat penhitung  ( hand tally counter )
ü  Seser benur mesh size 100 nylon
ü  Refrakto meter
ü  Beaker  glass 500 atau 1000 ml
ü  Tissue dan seser benur mesh size 100 nylon.
Bahan :
ü  Air laut
ü Air tawar
ü Artifical feeds
ü Algae
ü Artemia
ü Formalin
ü Stock molasses
ü Probiotik
                                                                                                                                     
           Pada masa post larva benur sudah tidak dibeikan pakan alami karena sudah diberi artemia yang dapat memicu pertumbuhan benur hingga menghasilkan kualitas yang baik, serta menguntungkan perusahaan.
3.5.3 Pendugaan / Estimasi populasi
a.      Siapakan alat pengukur 500 ml ( maat plastik )
b.      Tentukan empat titik pengambilan sampel secara acak
c.       Ambil sampel pada kedalaman 0,5 m dari permukaan air
d.      Hitung jumlah larvae pada setiap pengambilan dan konversial hasilkan dengan rumus, sebagai berikut :
× B
Ket : A = Rata – rata jumlah larvae dari sampel yang di ambil
          B = Volume air dalam pemeliharaan ( liter )
            Pengambilan sampel padabenur dilakukan setiap hari walaupun stadianya sudah berubah cara pengambilan sampel benur tetap sama.
3.6 Sterilisasi dan Sanitasi
            Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah dan mengurangi resiko terjadinya penularan dan terjangkitnya suatu penyakit dari unit kerja satu dengan unit kerja yang lain atau dari bak yang satu dengan bak yang lain. Sanitasi  dapat dilakukan terhadap ruangan atau peralatan bahkan terhadap bak-bak yang bermasalah ( harus dibuang karena terjangkitsuatu penyakit / virus ). Adapun kegiatan ini meliputi :
a.      Peralatan
b.      Ruangan kerja
      Untuk mengurangi resiko timbulnya wadah penyakit, maka usaha sterilisasi dan sanitasi perlu dilakukan dengan maksud untuk mengembalikan kondisi bak seperti semula ( bersih, steril / bebas penyakit ) sebelum siap dipergunakan kembali.

                                                                                                                                                                                                                                                                                           
 3.7 Panen Benur udang
           Pemanenan benur dilakukan pada stadia post larva 9 / 10, tetapi ini belum tentu karena proses pemanenan dilakukan sesuai keinginan pembeli jika pembeli ingin PL kecil seperti PL 4, PL 5, PL 6, dll. Proses panen benur ini dilakukan oleh tim panen yang sudah ada khusus untuk panen dan packing benur.

3.7.1 Alat & Bahan
Alat :                                                                         Bahan :
ü Seser benur mesh 150                                               ~ Air laut
ü Deeping tank                                                             ~ Air tawar
ü Selang aerasi                                                              ~ Benur yang dipanen
ü Mesin blower                                                             ~ Es batu
ü Baskom
ü Jaring panen


3.7.2 Cara kerja :
v  Pertama-tama kita pasang jaring panen di outlet pada bak penen,
v  Kemudian kita buka saringan outlet dalam bak pemeliharaan
v  Lalu kita buka outlet untuk mengeluarkan benur dalam bak
v  Lalu saring benur yang ada didalam jaring penen dengan mengunakan seser benur,
v   Dan terakhir benur kita berikan ke tim panen dan packing.


                                                                                                                               
3.8 Pengeringan
           Proses pengeringan dimulai setelah panen dilakukan dengan maksud untuk mengebalikan kondisi bak seperti semula 9 bersih, steril, bebas penyakit ) sebelum siap dipergunakan kembali. Umumnya masa pengeringan dilakukan 5-10 hari. Adapun tahapannya adaag sebagai berikut :
a.   Pengeringan alat kerja
b.   Penngeringan bak
c.    Sanitasi linkungan
3.8.1 Alat & Bahan
Alat :                                                             Bahan :
ü Ember                                                                        ~ Peralatan & perlengkapan kerja
ü Scouting pad                                                  ~ Bak pemeliharaan
ü Alat pel                                                           ~ Detergen
ü Selang                                                             ~ Air laut & air tawar
ü Pompa                                                            ~ KMNO4
ü Mesin blower                                                 ~ Formalin
3.8.2 Cara kerja :
v  Pertama kuras terlebih dahulu bak yang sudah panen,
v  Semprotkan air laut ke dalam bak
v  Lalu semprot pingiran dinding bak hingga rata
v  Kemudian sikat pinggiran dinding bak dengan mmenggunakan scouting pad dan detergen agar jamurnya hilang
v  Setelah menyikat pinggiran dinding bak maka kita bersihkan selang aerasinya hingga bersih
v  Kemudian setelah  semua sudah di sikat dan di bersihkan lalu siram bak dengan air tawar kemudian sirang kembali dengan air laut